This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Nias

Saturday, December 21, 2013

Makanan khas Indonesia

Berikut ini sebagian masakan khas Indonesia:

 1. Mie Sop Ayam

 

Bahan:

  • 5 sdm minyak untuk menumis
  • 2 L air untuk merebus
  • 1 buah pekak
  • 2 cm kayu manis
  • 4 butir cengkih
  • 2 butir kapulaga
  • ½ ekor (500 g) ayam
  • 2 batang seledri, iris
  • 2 batang bawang daun
  • Minyak untuk menggoreng
  • 2 buah tomat hijau, potong-potong
  • 150 g mi kuning atau lo mie, seduh dengan air panas
  • 150 g bihun, seduh air mendidih, tiriskan
  • 100 g bengkuang, potong memanjang 2 cm 
  • Bumbu, haluskan:
  • 15 siung bawang putih
  • 50 g bawang merah
  • 4 cm jahe
  • 2 butir kemiri
  • 1 sdt garam
  • 1 sdt merica putih
Cara Membuat:
  1. Panaskan minyak, tumis bumbu halus hingga harum, angkat, sisihkan.
  2. Kaldu: Rebus pekak, kayu manis, cengkih, dan kapulaga hingga mendidih, kecilkan api. Masukkan ayam, bumbu tumis, bengkuang, dan tomat. Masak hingga ayam matang, keluarkan ayam dari kaldu. Masukkan seledri dan bawang daun, masak hingga mendidih, matikan api. 
  3. Goreng ayam dalam minyak panas hingga garing, angkat. Suwir- suwir, sisihkan.
  4. Penyajian: Susun mi kuning, bihun, dan ayam suwir  dalam mangkuk saji, tuang kaldu. Sajikan hangat.

2. Bakso


Bakso Bakar khas kota Malang
Bakso adalah salah satu menu yang akan menggoyang lidah JBers ketika mencicipinya. Walaupun di negara-negara lain pun ada menu bakso yang terkenal dengan sebutan meatball, namun cara penyajiannya tentu saja berbeda-beda. Bakso yang hanya ada di Indonesia adalah bakso Malang dan bakso bakar. Siapa yang tidak kenal dengan bakso Malang? Bakso Malang ini disajikan dengan kuah kaldu panas, bisa disertai dengan mie atau bihun, pangsit, gorengan, dan sayur yang juga disediakan beragam, mulai dari kol, sawi, atau selada. Selain bakso Malang, bakso  bakar juga merupakan salah satu makanan khas kota Malang. Bakso bakar ini diolah dengan cara dibakar di atas arang dan disiram bumbu spesial. Hmmm, rasanya pasti sedap….

3. Soto


Soto Betawi
Soto adalah salah satu makanan khas Indonesia yang disajikan dengan kuah dan diisi dengan daging, sayuran dan berbagai macam bumbu. Uniknya, soto di Indonesia memiliki beragam jenis sesuai dengan daerahnya. Contohnya saja ada soto Kudus khas kota Kudus, soto Bandung, soto Betawi, soto Madura dan lainnya. Salah satu menu andalan adalah soto Betawi khas Jakarta. Soto Betawi sendiri tak seperti soto lainnya. Ia memiliki kuah kental berwarna putih kekuningan karena di dalamnya diwarnai dengan santan. Soal daging yang dipakai, soto betawi bisa disajikan dengan menggunakan daging sapi, kambing ataupun ayam. Soto Betawi ini pun akan diracik dengan daun bawang dan bawang goreng serta disajikan dengan kerupuk emping yang tak boleh dilewatkan. Hmmm, yummyyy…

  4. Rendang


Rendang khas Padang
Rendang merupakan menu berbahan dasar daging yang diolah dengan aneka rempah seperti ketumbar, kunyit dan aneka bumbu dapur lainnya. Rendang adalah menu khas Padang yang kaya rasa dan sangat legit. Rasanya memang cenderung asin, dengan kuah pekat yang menempel karena bumbu yang digunakan juga banyak. Biasanya dagingnya lembut dan meninggalkan rasa lezat di lidah saat disantap dengan nasi hangat.

5. Pempek


Pempek Palembang
Pempek adalah menu khas dari Palembang. Pempek dibuat dari bahan dasar ikan yang diolah dengan tepung dengan aneka bentuk unik. Ada yang disebut kapal selam, lenjer, dan lainnya. Biasanya pempek ini akan disantap dengan kuah encer yang terbuat dari saus cuka dan gula. Selain itu, ada tambahan mie dan acar di dalamnya. Saat disantap, lidah JBers akan betul-betul dimanja karena ada rasa gurih, manis, asam dan asin sekaligus.

6. Gudeg


Salah satu menu khas Indonesia yang tidak boleh dilewatkan adalah gudeg khas Jogja. Menu gudeg ini merupakan perpaduan sayur nangka muda yang dimasak dengan santan dan gula merah. Gudeg disajikan juga dengan pelengkap berupa aneka lauk seperti ayam goreng, tempe goreng, telur rebus hingga kerupuk kulit sapi. Guged ini memiliki cita rasa khas Jogja, yaitu rasanya cenderung manis dan legit. Gudeg ini akan terasa lengkap bila disantap bersama nasi hangat. Pasti JBers ingin tambah lagi, lagi, dan lagi.

7. Gorengan


Gorengan
Kalau soal gorengan, hampir di seluruh wilayah di Indonesia punya gorengan khas sendiri. Ada gorengan berbahan tempe yang disebut mendoan atau tempe menjes khas Purwokerto. Lalu ada juga pisang molen khas Bandung, pisang goreng, ketela goreng, heci atau bakwan sayur, cireng dan lain sebagainya. Cara menikmati gorengan hangat ini pun beragam. Ada yang menggunakan sambal merah, ada pula yang menggunakan cabai hijau, cabai rawit/cengek atau sambal petis.

8. Opor Ayam


Opor ayam
Opor ayam adalah menu yang berbahan dasar ayam, kentang, telur dan kuah bersantan. Opor biasanya disajikan dengan ketupat di bulan Ramadan. Kuahnya kental dengan taburan bawang merah goreng, dengan sentuhan rasa ketumbar, kunyit dan santan yang khas dan bikin kangen. Menu ini memang tiada duanya, dan akan bikin kangen JBers yang sedang merantau di negeri orang.

9. Rawon


Rawon
Menu Rawon adalah salah satu menu khas Indonesia yang berasal dari Jawa Timur. Rawon mengandalkan 2 bahan utama, yaitu kluwek/keluwak/kluak dan daging sapi. Kluwek/keluwak/kluak tadilah yang akan mengakibatkan warna kuah rawon menjadi hitam pekat. Ditambah dengan bumbu lain yang cukup nendang seperti bawang merah, ketumbar, daun bawang, dan sereh, rawon akan terasa nikmat bila disantap bersama dengan nasi hangat.

10. Nasi Goreng


Nasi Goreng
Menu yang satu ini mungkin ada di beberapa negara lain. Lantas apa specialnya? Bila nasi goreng adalah menu yang umumnya ada di restoran, di Indonesia nasi goreng ini juga menjadi salah satu menu penyelamat bagi anak kos-an nih. Tentunya JBers yang pernah merasakan mejadi anak kos-an akan teringat masa dimana ada abang-abang penjual nasi goreng menjajakan nasi gorengnya dengan membawa gerobak. Abang-abang tersebut akan membawa kentongan, ada yang memukul-mukul wajan, dan ada pula yang berteriak-teriak “nasi gorengggg….” Selain cerita di atas, bumbu nasi goreng yang ada di Indonesia pun mempunyai cita rasa yang khas, berbeda dengan negara lainnya.  Saya yang pernah menginjakkan kaki di negeri orang, tetap tidak dapat menemukan nasi goreng yang gurih ala abang-abang Indonesia.

11. Gado-gado


Gado-gado
Gado-gado yang berisi campuran potongan sayuran seperti selada, wortel, kentang, jagung, bayam mentimun, tomat dan taoge ini disebut Javanese Salad (Salad Jawa) oleh orang luar negeri. Mungkin karena isinya yang terdiri dari berbagai macam sayuran. Selain sayuran, gado-gado juga bisa dicampur dengan potongan lontong, tempe dan tahu. Bila salad versi barat disertai dengan bumbu mayonaise, gado-gado khas Jakarta ini disiram dengan bumbu kacang dan disajikan dengan kerupuk.



Wednesday, December 18, 2013

KUMPULAN PERIBAHASA/AMAEDOLA NIAS


       Beikut ini hanya beberapa saja peribahasa Nias, karena masih banyak peribahasa Nias yang belum tecantumkan di blog ini, mungkin ada tambahan dari saudara-saudara, monggo silahkan di tambah.

1.      Ligi-ligi siliwi, fa lö tofesu mbagi
Hese-hese nazese, fa lö tofesu gahe
artinya:Berhati-hati dalam bertindak
2.      Hulö muhede mburu’u kökö
Ha ba mbörö humöngo-höngö
Ba gamozua döhö manö
artinya:Rencana yang mendapat publikasi luas, tetapi tak bekelanjutan atau tidak terealisasi.
3.      Na ha sara dödö, na ha sara li
Ta’olikhe gawöni, ta’olae guli nasi
artinya:Kalau ada persatuan, pekerjaan yang berat sekalipun bisa ditangani.
4.      Hulö zonowi ba na’ai
Na sökhi mbua, na sökhi lai
Ta’asese’ö wamakhai
artinya:Kalau pertalian (hubungan lewat perkawinan antara dua keluarga) sebelumnya baik, maka diharapkan pertalian berikutnya.
5.      Samösa zi manga na’a, samösa zi göna gitö
Seorang yang berbuat, orang lain yang menanggung akibatnya.
Sara mbu, sambua limi, ifadukhai zoya sibai
artinya:Seseorang dan perbuatannya bisa menjadi perusak persatuan atau hubungan kekeluargaan.
6.      Hulö malu dahönagö, sambua ihalö isaitagö
Hulö malu daföfögö, sambua ihalö iföfögö
artinya:Pandai menghemat (menabung hasil kerjanya).
7.      Böi gesigesi mbowo lawa, wa aröu siyawa
Ya’e tou mbua ma’ae, tadölö gaheda waneu
artinya:Bersikap dan bertindaklah realistis, jangan berkhayal.
8.      Abu’a gömö, lö abu’a li
artinya:Kata-kata sindiran (yang menyakitkan hati) sering terlalu sulit dilupakan.
9.      Hulö dalaho ba narö zole
10.  Awu’a hilihili tewu’a mbaya nohi,
lö tewu’a tewuhi meno i fabu’u li Amada Lowalangi,
Ifatenge Yesu sangorifi,
sitou ba gulidanöi
11.  Sonekhe manörö tundraha, sonekhe manörö asi,
adölö’ö gamuri olembai zangorifi
böi tebulö zinali
falö i’tandraölö angi.
12.  Sonekhe manörö tundraha, sonekhe manörö owo,
na ilabu angi baratafa na ilabu angi baradayo,
timba zao bunu loyo,
falö tekiko mboto, o’lembai Yesu sanolo.
13.  Tahato-hatoo dalu mbanua ba lotakhamo…
taarou-arouo dano batahunda-hundago…
kita mengharapkan pertolongan kepada orang lain yg bisa menolong kita padahal saudara sendiri yg siap menolong kita sdh ada disamping kita kita anggap jauh.
14.  talafu alawa waoro ba alau nasu mbanua…
talafu adogo-dogogoi ba alau zigelo dano…
jangan terlalu sombong…dan juga jangan terlalu merendah-endahin (bersikap tidak peduli). bersikaplah biasa-biasa saja…
15.  boi badu idano bawehae-hae…
jangan mengambil keputusan pada saat panik
16.  boi olifu ita mbaru satua me inoto waatosasada.
selalu bersyukur dalam hidup dan jgn lupa waktu susah.
17.  boi fake gelemu goo…hete alawa bahete musindo loosi.
fake gelemu wakhe… hete alawa bahete aondo boro me mo osi
18.  kalau kita sudah meraih gelar stinggi apa pun tetaplah rendah hati dan santun.
19.  Hulö latawi mboro'e, ebua högö moroi ba gi'o = Lebih baik menyelesaikan masalah secara kekeluargaan daripada menunggu pihak yang berwajib untuk bertindak/ menyelesaikannya.
20.  Hulö zogohi boro'e, fatambu nigohi ba fatambu zogohi. =Baik yang kalah maupun yang menang, sama-sama menanggung akibat/ resiko.
21.  Hulö mbaewa ba dete gahe, u'ewa göi ba ahegu tou, ba lö göi u'ewa ba ahulua = Keragu-raguan dalam mengambil suatu keputusan dalam sesuatu hal, karena telah diselimuti oleh berbagai pertimbangan.
22.  Hulö zigi sitoba'a lela = Seseorang yang tidak berani mengungkapkan sesuatu.
23.  Wura-wura si lö motutu bu'u, mangawuli khögu hanu-hanu = Semua apa yang telah diucapkan/ diperbuat oleh seseorang akan dirasakannya sendiri akibatnya.
24.  Alölö nafo na no munganga, ahori gö na no mu'a, awai zi lö mondröi zi lö taya ha taromali si sambua = Berbuat baik kepada seseorang merupakan mahkota yang agung dalam hidup.
25.  Hulö La'ewa nidanö ba ifuli fahalö-halö = Rasa kepersaudaraan itu sangat kuat dan susah untuk dipecahbelahkan meskipun banyak hal yang merupakan tantangan di antara kehidupan orang yang bersaudara.
26.  Hulö latunu go'o ba dumöri samösa zamaböli, felendrua zanöri-nöri = Apa bila ada suatu pertikaian/pertengkaran/ masalah di antara dua pihak, maka dari keseluruhan jumlah pihak ketiga yang datang, hanya satu orang yang hendak memberikan solusi namun ratusan orang berkehendak untuk memanas-manaskan/ mengobarkan api permasalahan.
27.  Mu'ogöri mbalugu böi söbi, foriti-riti manö.= Menakut-nakutkan seseorang dengan maksud tak sungguhan.
28.  Sökhi wame'e sökhi wanou'ö, awai zimörö zimate =  Keputusan yang baik dan benar akan selalu diakui dan diindahkan.
29.  Solalau niasa, solalau tufo, ha elungu ba mböröta ba elungu ba hogu. = Pikirkanlah lebih dulu apa yang hendak kamu lakukan sebelum melakukan sesuatu hal, supaya kamu tidak meraba-raba lagi apa yang semestinya anda perbuat kemudian. (Juga: Turutilah peraturan supaya kamu tak mendapat banyak masalah di kemudian hari).
30.  Hulö geu safatö hogu = Seseorang yang tak punya semangat dan atau harapan dalam hidupnya.
31.  Akha mate mbaewa, si radi nawö = Meskipun semuanya habis untuk sesuatu hal, namun apabila hasilnya setimpal dengan hal itu, maka itupun tidak akan dikatakan  "merugikan".
32.  Kauko ba hili kauko ba ndraso, faolo ndra'ugö ba ufaolo göi ndra'o, faoma ita fao-fao. = Mari kita saling menghargai (pendapat) sesama supaya suatu permasalahan dapat terselesaikan dengan kesepakatan bersama dan adil.
33.  Bõi auko dödö dalimbo ba bõi obu'u dõdõ landrõta. = Hargailah perasaannya, sudah tahu dia sedang susah (sedih), tak usah lagi menambah beban pemikirannya.
34.  Simanga howu hao, inganga-nganga bawa ba irongo talinga. = Sesungguhnya orang itu sudah tahu, namun masih mau lagi menanyakan hal itu. (dah tau, tapi masih kepingin nanya terus)
35.  Nifo'awi-awi lahagu, no i'orodugõ hogu fabaya mbõrõ ba ifabaya-baya'õ khõgu dalu. = Orang yang munafik (penipu), selalu berkata manis, sok sopan dan berlagak jujur namun semuanya itu adalah omong kosong.
36.  No te'io mbai helua ba no te'io mbai mbõgi = Seseorang yang suka mengatakan hal-hal yang kurang baik kepada orang lain.
37.  Idanõ ba nasoa ba idanõ ba sere. Hana na olotu ba na so gere ba ohahau =  Meskipun suasana tidak menyenangkan atau kacau ketika ada masalah, tetapi bila orang yang ditakuti/disegani datang , maka semuanya akan tenang dan kembali seperti semula. 
38.  Mana hili na lakhao ba ahori, mendrua manõ õ ni'a ma'õkhõ.  = Jangan hanya tergantung pada harta yang sudah dimiliki, karena suatu waktu itu juga bisa habis bila hanya diam dan menunggu tanpa berkerja atau berusaha. 
39.  So doho, dozi bu'u hili so nono laosi = Bila ada uang, maka keinginan dapat tercapai dengan mudah (Juga bisa dikatakan: Ada uang, abang sayang...huhuii..)
40.  Bõi fagokhõ na lõ bago = Tak perlu banyak omongan/pembicaraan bila tak pernah ada bukti nyatanya.
41.  Famuwusi dõgi lõsu = Bekerja keras (banting tulang)
42.  Bõi fabu'u aya ndraono lawere, fawere-were dania = Tak usah berjanji kalau tak mampu ditepati, karena janji adalah hutang. 
43.  Gofu hezoso mõi lõsu ba igo'õ-go'õ ia uliho = Sifat dan perilaku itu akan selalu dibawa-bawa kemanapun perginya.
44.  Abolo duhe moroi ba nangi Artinya: Orang pendiam lebih pandai dari orang yg banyak bicaraAlau ndrono sidarua molaya Artinya :Akan Jatuh Anak Yang Dua Orang Menimang
45.  Abölö wamera’ö dima ba alua zafeto artinya Kalau kita terlalu menekan seseorang, dia bisa membalas dengan kasar.
46.  Abu’a gömö, lö abu’a li artinya Kata-kata sindiran (yang menyakitkan hati) sering terlalu sulit dilupakan.
47.  Alabu ndraono si darua molaya, owöra wakhe si darua mondrino artinya Pekerjaan yang dikomandoi banyak orang bisa berantakan.
48.  Aoha noro nilului wahea, aoha noro nilului waoso, alisi tafadayadaya, hulu tafaewolowolo artinya Pekerjaan (masalah) yang dikerjakan (dipecahkan) secara bersama-sama akan lebih gampang tuntasnya.
49.  Böi aekhugö luo ba wönu artinya Amarah jangan dipendam.
50.  Böi gesigesi mbowo lawa, wa aröu siyawa – ya’e tou mbua ma’ae, tadölö gaheda waneu artinya Bersikap dan bertindaklah realistis, jangan berkhayal.
51.  Böi tuko wulawa tanömö golowingöu artinya Jangan mencari atau menciptakan masalahmu sendiri
52.  Hulö dalaho barö zole Artinya Bak katak dalam tempurung (berpikiran sempit).
53.  Hulö fambambatö galitö, hulö famatua mbalö ndrögö – sambua mbongi fambambö, samuza luo aröu manö artinya Mengkiaskan hubungan tak serasi antara dua pihak yang ditandai dengan semakin saling menjauhi.
54.  Hulö fatuko bawa zangasio Artinya Mengkiaskan dua pihak yang saling menyalahkan, padahal kedua-duanya punya andil dalam suatu persoalan.
55.  Hulö malu dahönagö, sambua ihalö isaitagö – hulö malu daföfögö, sambua ihalö iföfögö artinya Pandai menghemat (menabung hasil kerja)
56.  Hulö motomo lagigia, hulö motomo la’oro, lö arara ba lö aroro Artinya Dikiaskan pada usaha atau organisasi yang tidak bertahan lama
57.  Hulö muhede mburu’u kökö, ha ba mbörö humöngo-höngö, ba gamozua döhö manö Artinya Rencana yang mendapat publikasi luas, tetapi tak bekelanjutan atau tidak terealisasi.
58.  Hulö wahö, lö manga ia na lö labözi doyonia artnya Dikiaskan pada orang yang kurang atau tidak punya inisiatif, yang selalu menunggu komando dari orang lain.
59.  Hulö zonowi ba na’ai, na sökhi mbua, na sökhi lai, ta’asese’ö wamakhai artinya Kalau pertalian (hubungan lewat perkawinan antara dua keluarga) sebelumnya baik, maka diharapkan pertalian berikutnya.
60.  Ligi-ligi siliwi, fa lö tofesu mbagi, hese-hese nazese, fa lö tofesu gahe. Artinya Berhati-hatilah dalam bertindak. Artinya Samösa zi manga na’a, samösa zi göna gitö
61.  Seorang yang berbuat, orang lain yang menanggung akibatnya. Artinya Sara mbu, sambua limi, ifadukhai zoya sibai artinya Seseorang, melalui perbuatannya, bisa menjadi perusak persatuan atau hubungan kekeluargaan.
62.  Hulö latawi mboro'e, ebua högö moroi ba gi'o = Lebih baik menyelesaikan masalah secara kekeluargaan daripada menunggu pihak yang berwajib untuk bertindak/ menyelesaikannya.
63.  Hulö zogohi boro'e, fatambu nigohi ba fatambu zogohi. =Baik yang kalah maupun yang menang, sama-sama menanggung akibat/ resiko.
64.  Hulö mbaewa ba dete gahe, u'ewa göi ba ahegu tou, ba lö göi u'ewa ba ahulua = Keragu-raguan dalam mengambil suatu keputusan dalam sesuatu hal, karena telah diselimuti oleh berbagai pertimbangan.
65.   Hulö zigi sitoba'a lela = Seseorang yang tidak berani mengungkapkan sesuatu.
66.   Wura-wura si lö motutu bu'u, mangawuli khögu hanu-hanu = Semua apa yang telah diucapkan/ diperbuat oleh seseorang akan dirasakannya sendiri akibatnya.
67.  Alölö nafo na no munganga, ahori gö na no mu'a, awai zi lö mondröi zi lö taya ha taromali si sambua = Berbuat baik kepada seseorang merupakan mahkota yang agung dalam hidup.
68.  Hulö La'ewa nidanö ba ifuli fahalö-halö = Rasa kepersaudaraan itu sangat kuat dan susah untuk dipecahbelahkan meskipun banyak hal yang merupakan tantangan di antara kehidupan orang yang bersaudara.
69.  Hulö latunu go'o ba dumöri samösa zamaböli, felendrua zanöri-nöri = Apa bila ada suatu pertikaian/pertengkaran/ masalah di antara dua pihak, maka dari keseluruhan jumlah pihak ketiga yang datang, hanya satu orang yang hendak memberikan solusi namun ratusan orang berkehendak untuk memanas-manaskan/ mengobarkan api permasalahan.
70.  Mu'ogöri mbalugu böi söbi, foriti-riti manö.= Menakut-nakutkan seseorang dengan maksud tak sungguhan.
71.  Sökhi wame'e sökhi wanou'ö, awai zimörö zimate =  Keputusan yang baik dan benar akan selalu diakui dan diindahkan.
72.  Solalau niasa, solalau tufo, ha elungu ba mböröta ba elungu ba hogu. = Pikirkanlah lebih dulu apa yang hendak kamu lakukan sebelum melakukan sesuatu hal, supaya kamu tidak meraba-raba lagi apa yang semestinya anda perbuat kemudian. (Juga: Turutilah peraturan supaya kamu tak mendapat banyak masalah di kemudian hari).
73.   Hulö geu safatö hogu = Seseorang yang tak punya semangat dan atau harapan dalam hidupnya.
74.  Akha mate mbaewa, si radi nawö = Meskipun semuanya habis untuk sesuatu hal, namun apabila hasilnya setimpal dengan hal itu, maka itupun tidak akan dikatakan  "merugikan".
75.  Kauko ba hili kauko ba ndraso, faolo ndra'ugö ba ufaolo göi ndra'o, faoma ita fao-fao. = Mari kita saling menghargai (pendapat) sesama supaya suatu permasalahan dapat terselesaikan dengan kesepakatan bersama dan adil.
76.  Bõi auko dödö dalimbo ba bõi obu'u dõdõ landrõta. = Hargailah perasaannya, sudah tahu dia sedang susah (sedih), tak usah lagi menambah beban pemikirannya.
   

Saturday, December 7, 2013

Sejarah mengenai Nias



Sejarah Kabupaten Nias
1. Zaman Penjajahan Belanda
Sejak tahun 1864 Daerah Nias merupakan bagian Wilayah Residentil Tapanuli yang termasuk dalam lingkungan Government Sumatera Wesiklet. Dapat dikatakan mulai tahun 1864 itu secara efektif Pemerintahan Hindia Belanda mengatur Pemerintahan di
Nias sebagai bagian daerah wilayah Hindia Belanda pada waktu itu. Mulai tahun 1919 Residentil Tapanuli tidak lagi terdiri dari tiga afdeeling, tetapi telah menjadi empat afdeeling yang masing-masing dipimpin oleh seorang Assisten Residen, yaitu:
  1. Afdeeling Sibolga dan sekitarnya dengan Ibukota Sibolga
  2. Afdeeling Padang Sidempuan dengan Ibukota Padang Sidempuan
  3. Afdeeling Batak Landen dengan Ibukota Tarutung

Afdeeling Nias termasuk pulau-pulau sekitarnya (kecuali Pulau-Pulau Batu) yang merupakan Afdeeling yang baru dibentuk pada tahun 1919 dengan Ibukota Pembentukan daerah Nias sebagai satu Afdeeling didasarkan pada pertimbangan antropologis, namun
demikian sebelumnya itu tidak ada pemerintahan yang meliputi keseluruhan daerah Nias yang didiami oleh Suku Nias.
Afdeeling Nias terdiri dari dua Onderafdeeling yaitu Onderafdeeling Nias Selatan dengan Ibu Kota Teluk Dalam dan Onderafdeeling Nias Utara dengan Ibu Kota Gunungsitoli yang masing-masing dipimpin oleh seorang Controleur atau Gezeghebber.
Dibawah Onderafdeeling terdapat lagi satu tingkat pemerintahan yang disebut Distrik dan Onderdistrik yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang dan Asisten Demang. Batas antara masing-masing wilayah tersebut tidak ditentukan secara tegas.
Onderafdeeling Nord Nias terbagi atas satu distrik, yaitu Distrik Gunungsitoli dan empat Onderdistrik, yaitu Onderdistrik Idano Gawo, Onderdistrik Hiliguigui, Onderdistrik Lahewa, dan Onderdistrik Lahagu. Onderdistrik Zuid Nias terbagi atas satu distrik, yaitu : Distrik Teluk Dalam dan dua Onderdistrik, yaitu : Onderdistrik Balaekha dan Onderdistrik Lolowau.
Pulau-Pulau Batu pada bulan Desember 1928 dimasukkan ke dalam Wilayah Afdeeling Nias yang sebelumnya termasuk dalam wilayah Residentie Sumatera Barat dengan status sebagai Onderafdeeling, sehingga sejak saat itu Afdeeling Nias terdiri dari tiga Onderafdeeling yaitu : Onderafdeeling Nord Nias, Onderafdeeling Zuid Nias dan Onderafdeeling der Batu Eilanden. . Tingkat pemerintahan yang berada dibawah Distrik dan Onderdistrik ialah Banua (Kampung) yang masing-masing dipimpin oleh seorang Salawa (di Nias Utara) dan si Ulu (di Nias Selatan), yang merupakan pemerintahan asli di Nias, yang keberadaannya itu dikokohkan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai tingkat pemerintahan yang paling bawah.

2. Zaman Penjajahan Jepang
Pada zaman pendudukan Jepang, sebagaimana halnya di seluruh Indonesia waktu itu berdasarkan Undang-undang Nomor 1 tahun 1942 pembagian wilayah pemerintahan di Daerah Nias tidak mengalami perubahan, sama seperti pada masa pemerintahan Hindia
Belanda, kecuali Onderafdeeling dihilangkan, yang mengalami perubahan, hanya namanya saja yaitu :
  1. Afdeeling diganti dengan nama Gunsu Sibu yang dipimpin oleh seorang Setyotyo.
  2. Distrik diganti dengan nama Gun yang dipimpin oleh seorang Guntyo.
  3. Onderdistrik diganti dengan nama Fuku Gu yang dipimpin oleh seorang Fuku Guntyo.
Mengenai pengaturan pemerintahan juga didasarkan undang-undang Nomor 1 tahun 1942 yang mengatakan bahwa semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang-undang dari pemerintahan Hindia Belanda untuk sementara diakui sah asal tidak bertentangan dengan aturan Pemerintahan Militer Jepang.

3. Zaman Kemerdekaan
Pada tahun-tahun pertama zaman kemerdekaan pembagian wilayah pemerintahan di daerah Nias tidak mengalami perubahan, demikian juga struktur pemerintahan, yang berubah hanya nama wilayah dan nama pimpinannya sebagai berikut :
  1. Nias Gunsu Sibu diganti Nama Pemerintahan Nias yang dipimpin oleh Kepala Luhak.
  2. Gun diganti dengan nama Urung yang dipimpin oleh seorang Asisten Kepala Urung (Demang)
  3. Fuku Gun diganti dengan nama Urung Kecil yang dipimpin oleh Kepala Urung Kecil (Asisten Demang).

Sesuai dengan jumlah distrik dan onderdistrik pada zaman Belanda, pembagian nama tetap berlaku pada zaman Jepang, maka pada awal kemerdekaan terdapat sembilan kecamatan. Hanya saja diantara kecamatan itu terdapat tiga kecamatan yang mengalami perubahan nama dan lokasi Ibukota yaitu :
  1. Onderdistrik Hiliguigui menjadi Kecamatan Tuhemberua dengan Ibukota Tuhemberua
  2. Onderdistrik Lahagu menjadi Kecamatan Mandrehe dengan Ibu Kota Mandrehe
  3. Onderdistrik Balaekha menjadi Kecamatan Lahusa dengan Ibu Kota Lahusa.

Pada tahun 1946 Daerah Nias berubah dari Pemerintahan Nias menjadi Kabupaten Nias dengan dipimpin oleh seorang Bupati. Pada tahun 1945 KND dihapuskan dan dibentuk suatu lembaga baru yaitu Dewan Perwakilan Rakyat. Pada tahun 1953 dibentuk tiga kecamatan yaitu :
  1. Kecamatan Gido yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah Kecamatan Gunungsitoli dan sebagian diambil dari kecamatan Idano Gawo, dengan Ibu Kota Lahemo.
  2. Kecamatan Gomo yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah Kecamatan Idano Gawo dan sebagian dari wilayah Kecamatan Lahusa, dengan Ibu Kota Gomo.
  3. Kecamatan Alasa yang wilayahnya sebagian diambil dari wilayah Kecamatan Lahewa, sebagian dari wilayah Kecamatan Tuhemberua dan sebagian dari wilayah Kecamatan Mandrehe dengan Ibu Kota Ombolata.

Pada tahun 1956 dibentuk satu kecamatan baru yaitu kecamatan Sirombu yang wilayahnya sebagian dari wilayah Kecamatan Mandrehe dan sebagian dari wilayah Kecamatan Lolowau.
Kemudian berdasarkan PP. No.35 tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 terbentuk dua Kecamatan baru yaitu Kecamatan Lolofitu Moi yang wilayahnya sebagian dari Kecamatan Gido dan Kecamatan Mandrehe, dan Kecamatan Hiliduho yang wilayahnya sebagian dari Kecamatan Gunungsitoli.
Berdasarkan PP. No.1 tahun 1996 tanggal 3 Januari 1996 terbentuk dua kecamatan baru yaitu :
  1. Kecamatan Amandraya yang wilayahnya sebagian dari kecamatan Teluk Dalam, kecamatan Gomo, dan kecamatan Lahusa.
  2. Kecamatan Lolomatua yang wilayahnya sebagian dari kecamatan Lolowa’u

Terakhir dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dengan mempedomani Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Kecamatan maka melalui Perda Kabupaten Nias No.6 tahun 2000 tanggal 24 Nopember 2000 tentang Pembentukan 5 (lima) Kecamatan di Kabupaten Nias. lima Kecamatan Pembantu yang masih tersisa selama ini akhirnya ditetapkan sebagai Kecamatan yang defenitif, masing-masing :
  1. Kecamatan Hibala yang wilayahnya berasal dari Kecamatan Pulau-Pulau Batu.
  2. Kecamatan Bawolato yang wilayahnya berasal dari Kecamatan Idanogawo
  3. Kecamatan Namohalu Esiwa, wilayahnya sebagian dari Kecamatan Alasa dan Kecamatan Tuhemberua
  4. Kecamatan Lotu yang wilayahnya sebagian dari Kecamatan Tuhemberua dan Kecamatan Lahewa
  5. Kecamatan Afulu yang wilayahnya sebagian dari Kecamatan Lahewa dan Kecamatan Alasa
Pada tahun 1956 dengan Undang-Undang No.7 tahun 1956 Kabupaten Nias ditetapkan sebagai daerah otonom yang disebut Daerah Swatantra Kabupaten Daerah Tingkat II Nias, yang dipimpin oleh Bupati Kepala Daerah. Disamping Bupati Kepala Daerah dibentuk Dewan Pemerintahan Daerah yang dipilih dari anggota DPRD. Pada tahun 1961 sampai dengan tahun 1969 Ketua DPRD langsung dirangkap oleh Bupati Kepala Daerah. Untuk membantu Bupati Kepala Daerah dalam menjalankan roda pemerintahan sehari-sehari dibentuk Badan Pemerintahan Harian yang dikatakan sebagai ganti DPD yang telah dihapuskan. Akan tetapi kemudian sejak tahun 1969 sampai dengan saat berlakunya Undang-undang No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Lembaga BPH sebagai Pembantu Kepala daerah dalam menjalankan Pemerintahan sehari-hari tidak pernah diadakan lagi.
Dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan pemerintahan di Kabupaten Nias,mengikuti perubahan-perubahan tentang Pemerintahan di daerah yang berlaku secara nasional.
Desa/Kelurahan sebagai tingkat pemerintahan yang paling bawah, di Kabupaten Nias terdapat sebanyak 657 buah. Desa/Kelurahan tersebut karena persekutuan masyarakat menurut hukum setempat, yang dahulunya masing-masing berdiri sendiri-sendiri tanpa ada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi yang mencakup beberapa atau keseluruhan desa/kelurahan itu. Sejak awal kemerdekaan sampai tahun 1967 terdapat satu tingkat pemerintahan lagi diantara Kecamatan dengan Desa/kelurahan yang disebut ” Ö R I ” yang meliputi beberapa desa.
Memang ÖRI ini sejak dahulu telah ada yang dibentuk karena perserikatan beberapa desa yang menyangkut Pesta, sedang asalah-masalah pemerintahan desa langsung diatur oleh masing-masing desa. ÖRI sebagai salah satu tingkat pemerintahan di Daerah Tingkat II Nias dihapuskan pada tahun 1965 dengan surat Keputusan Gubernur pada tanggal 26 Juli 1965 Nomor : 222/V/GSU dengan tidak menyebutkan alasan-alasan yang jelas.
Selanjutnya berdasarkan keputusan DPRD Kabupaten Nias Nomor : 02/KPTS/2000 tanggal 1 Mei 2000 tentang persetujuan pemekaran Kabupaten Nias menjadi dua kabupaten, Keputusan DPRD Propinsi Sumatera Utara Nomor : 19/K/2002 tanggal 25 Agustus 2002, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2002 tanggal 25 Februari 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2002 tanggal 28 Juli 2003, maka Kabupaten Nias resmi dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.
Dengan demikian wilayah Kabupaten Nias yang tadinya terdiri dari 22 kecamatan, menjadi 14 kecamatan karena 8 kecamatan telah masuk ke wilayah Kabupaten Nias Selatan. Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Nias sebagai berikut:
  1. Kecamatan Idanogawo
  2. Kecamatan Bawolato
  3. Kecamatan Sirombu
  4. Kecamatan Mandrehe
  5. Kecamatan Gido
  6. Kecamatan Lolofitu Moi
  7. Kecamatan Gunungsitoli
  8. Kecamatan Hiliduho
  9. Kecamatan Alasa
  10. Kecamatan Namohalu Esiwa
  11. Kecamatan Lahewa
  12. Kecamatan Afulu
  13. Kecamatan Tuhemberua
  14. Kecamatan Lotu
Kemudian sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Nias Nomor 05 Tahun 2005 tanggal 14 Desember 2005 tentang Pembentukan Kecamatan di Kabupaten Nias, Kabupaten Nias dimekarkan menjadi 32 Kecamatan, yaitu :
  1. Idanogawo
  2. Bawolato
  3. Ulugawo
  4. G i d o
  5. Ginungsitoli Idanoi
  6. Lolofitu Moi
  7. Ma’u
  8. Somolo-molo
  9. Sirombu
  10. Lahomi
  11. Mandrehe
  12. Mandrehe Barat
  13. Moro’o
  14. Mandrehe Utara
  15. Ulu Moro’o
  16. Hiliduho
  17. Hili Serangkai
  18. Botomuzoi
  19. Gunungsitoli Alo’oa
  20. Gunungsitoli
  21. Gunungsitoli Selatan
  22. Tuhemberua
  23. Lotu
  24. Sitolu Ori
  25. Gunugsitoli Utara
  26. Sawo
  27. ALasa
  28. Namohalu Esiwa
  29. Alasa Talu Muzoi
  30. Lahewa
  31. Afulu
  32. Lahewa Timur
 Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten Nias Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Tugala Oyo dan Kecamatan Gunungsitoli Barat di Kabupaten Nias, Kabupaten Nias mengalami pemekaran menjadi 34 Kecamatan dengan bertambahnya 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Tugala Oyo dan Kecamatan Gunungsitoli Barat.
Pada tahun 2009 sesuai dengan Pasal 4 masing-masing Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2008 tentang pembentukkan Kabupaten Nias Utara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008 tentang pembentukkan Kabupaten Nias Barat, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang pembentukkan Kota Gunungsitoli maka wilayah Kabupaten Nias dikurangi dengan 3 wilayah Kabupaten/Kota tersebut diatas.
Kabupaten Nias Utara terdiri atas cakupan wilayah :
  1. Kecamatan Lotu;
  2. Kecamatan Sawo;
  3. Kecamatan Tuhemberua;
  4. Kecamatan Sitolu Ori;
  5. Kecamatan Namohalu Esiwa;
  6. Kecamatan Alasa Talumuzoi;
  7. Kecamatan Alasa;
  8. Kecamatan Tugala Oyo;
  9. Kecamatan Afulu;
  10. Kecamatan Lahewa;
  11. Kecamatan Lahewa Timur
 Kabupaten Nias Barat terdiri atas cakupan wilayah :
  1. Kecamatan Lahomi;
  2. Kecamatan Sirombu;
  3. Kecamatan Mandrehe Barat;
  4. Kecamatan Moro’o;
  5. Kecamatan Mandrehe;
  6. Kecamatan Mandrehe Utara;
  7. Kecamatan Lolofitu Moi; dan
  8. Kecamatan Ulu Moro’o.
 Kota Gunungsitoli terdiri atas cakupan wilayah :
  1. Kecamatan Gunungsitoli Utara;
  2. Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa;
  3. Kecamatan Gunungsitoli;
  4. Kecamatan Gunungsitoli Selatan;
  5. Kecamatan Gunungsitoli Barat; dan
  6. Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.
 Maka wilayah Kabupaten Nias setelah pemekaran menjadi 9 Kecamatan, yaitu :
  1. Idanogawo
  2. Bawolato
  3. Ulugawo
  4. G i d o
  5. Ma’u
  6. Somolo-molo
  7. Hiliduho
  8. Hili Serangkai
  9. Botomuzoi