TEOLOGI
KONTEMPORER
Pendahuluan
Dasar pengetahuan yang akan
memudahkan kita memahami teologi kontemporer
Gereja
dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok besar (bukan denominasi):
- Gereja yang menerima Alkitab sebagai Firman Allah.
- Gereja yang menolak Alkitab sebagai Firman Allah.
Kedua sikap yang berbeda terhadap
Alkitab tersebut sangat berpengaruh pada teologi mereka masing-masing
Teologi
yang berdasarkan Alkitab – Alkitab sebagai satu-satunya sumber otoritas dalam
berteologi.
Teologi
yang tidak berdasarkan Alkitab – Alkitab bukan sebagai satu-satunya otoritas
dalam berteologi.
Bentuk-bentuk
Teologi berdasarkan
sejarah Gereja:
- Teologi Bapa-bapa Gereja, s/d 500 M
- Teologi Abad Pertengahan, 500 - 1500
- Teologi Reformasi, 1517 - 1800
- Teologi Modern/Kontemporer, 1800 - Sekarang
Sebab-sebab terjadinya bermacam-macam
Teologi pengilhaman Alkitab
I II III
Thp
1 Thp
2 Thp 3
Penerima Penerima Penerima
pertama kedua Ketiga
Kedudukan Teologi
=> Mandat Injil/rohani
=> Otoritas Alkitab
=>Otoritas
akal
=>Mandat Budaya
*T
Ortodoks *N-Orto *N-Lib *T. Liberal
BentukTeologi
Berdasarkan Otoritas Alkitab
- Teologi Ortodoks/Konservatif/
- Teologi Neo-Ortodoks
- Teologi Neo Liberal
- Teologi Liberal/Humanis/Teologi Kontemporer/Modern/Reformatoris abad XX
TEOLOGI
KONTEMPORER
SIFAT
KHAS:
Dr.
Eta Linnemann mendaftarkan enam sifat:
1. Bersifat teologi Universitas.
2. Bersifat sebagai Historis-Kritis.
3. Tidak berdasar pada Alkitab.
4. Bersifat bidat.
5. Bersifat ketidakpercayaan kepada Alkitab
sebagai yang berwibawa
6. Hubungannya dengan Yesus sebagai hubungan
yang salah.
1.
Bersifat Teologi Universitas
Universifat
adalah suatu “sekolah.” Arti kata– “senggang (leisure).”
Tujuan:
bukan menyiapkan orang u/ melayani/ bekerja, melainkan: menyelidiki segala yang
dpt diselidiki u/ memperoleh pengertian dan pengetahuan (hanya ingin mengetahui
u/ mengetahui =makan buah pohon pengetahuan).
Univ.
yg sungguh tulen (ilmiah) tidak sesuai dengan kebutuhan gereja/masyarakat.
2.
Bersifat Historis Kristis
Semua
Teo. Historis-Kritis didasarkan atas keputusan: Melihat Alkitab sebagai sebuah
dokumen sejarah agama kuno, yang harus
dinilai dan dikritik oleh akal manusia.
Para
teolog Historis Kritis menyadari bhw Alkitab sangat berarti bagi gereja sebagai
kanon kitab kudus, namun mereka tidak mampu menghargai Alkitab sebagai firman
Allah atau sebagai wahyu yg diilhamkan oleh Roh Kudus.
3.
Tidak berdasar pada Alkitab
Melainkan
berdasarkan filsafat, ateis dan anti Kristus
Menggunakan
Alkitab, tapi tidak mendasarkan pikiran mereka atasnya. Meskipun dasarnya
filsafat, namun tidak selalu sama. Ada filsafat tertentu yang diikutinya.
Alkitab (sebagian saja) menjadi “lauk-pauk.” Mereka melupakan peringatan dalam
Kol 2:8 dan Rm 12:2.
Filsafat
yang dimaksud adalah filsafat Barat, yg tak ada hubungannya dengan agama,
bahkan bersaing dengan agama.
Filsafat
adalah usaha manusia yg menganggap diri terlalu pintar, menganggap lebih tinggi dari agama, sekalipun
tidak meniadakannya.
Filsafat Barat dari mulanya bersifat ateis,
ingin menguasai dunia dengan seluruh isinya, khususnya manusia, tanpa mengakui
oknum ilahi. Alam semesta dipikirkan tanpa mengakui Allah yg hidup, pencipta
langit dan bumi, serta dengan wahyu-Nya.
Para
filsuf mencari kebenaran dan berusaha menemukannya.
4.
Bersifat bidat.
Keseluruhan
Teol Kontemp/hist. kritis bertumpu pada pikiran monisme: hanya ada satu-2nya
dunia yang real, yaitu dunia yg nampak. Dunia yang tak tampak, secara real
tidak ada (kecuali mungkin itu Allah sendiri). Itu hanya bersifat gambaran atau
mitos. Karena itu apa yang ditulis dalam Alkitab, misalnya Yesus datang dari
surga, dilahirkan oleh anak dara, dll, bukan peristiwa yg bersifat
historis-real, melainkan gambaran sesuai dengan cara berpikir manusia kuno
(berarti sebagai mitos). Itulah ciri
bidat.
Semua
itu dicela/ditentang firman Allah (2Ptr 3: 3-4;1Yoh 2: 22-23; 4:2-3)
5.
Bersifat ketidakpercayaan kepada
Alkitab sebagai yang berwibawa
Alkitab sebagai yang berwibawa
Semua
teolog teologi kontemporer/hist. Kritis/modern memulai teologinya dengan
ketidakpercayaan bahwa Alkitab itu berwibawa dan diilhamkan oleh Allah.
Sikap
mereka adalah ketidakpercayaan yang tidak cukup berani untuk memakai nama
sendiri.
Sayang,
orang-orang seperti itu masih diterima oleh gereja sebagai gembala sidangnya.
6.
Hubungannya dengan Yesus
sebagai hubungan yang salah
sebagai hubungan yang salah
Hal itu
diumpamakan seperti membangun rumah yang indah dan menarik di atas pasir,
tetapi mepet pada fondasi batu karang Yesus.
DASAR
TEOLOGI KONTEMPORER (1)
1. Filsafat Aristoteles
(teologi skolastik) di samping Alkitab
Filsafat dikawinkan dengan Alkitab,
sehingga Alkitab tidak menjadi pedoman satu-satunya dalam hidup. Alkitab hanya
berwibawa sebagai sumber pengetahuan tentang keselamatan dan hidup yang baik
dalam kekristenan. Sedang Aristoteles
dipandang sebagai sumber pengetahuan duniawi, pengetahuan ilmu alam, ilmu
sosial, dll. Alkitab tidak lagi berwewenang dalam bidang ilmu pengetahuan dan
diganti dengan filsafat Aristoteles sebagai ratu ilmu pengetahuan.(lihat
Linnemann, 1991, 17-20)
2.
Konsep humanisme (Manusia sebagai ukuran segalanya)
3.
Filsafat pencerahan
DASAR
TEOLOGI KONTEMPORER
Filsafat
Aristoteles (teologi skolastik) di samping Alkitab
Konsep
humanisme (Manusia sebagai ukuran segalanya)
Filsafat
pencerahan .
Filsafat
eksistensialis Soren Aaby Kiergegaard (1813-1855) dan Martin Heidegger
(1889-1976).
Filsafat
Marxisme (yang memakai: teologi Pengharapan, teologi Revolusi, dan teologi
Pembebasan)
Filsafat
Aristoteles (teologi skolastik)
di samping Alkitab
di samping Alkitab
Filsafat dikawinkan dengan Alkitab,
sehingga Alkitab tidak menjadi pedoman satu-satunya dalam hidup. Alkitab hanya
berwibawa sebagai sumber pengetahuan tentang keselamatan dan hidup yang baik
dalam kekristenan. Sedang Aristoteles
dipandang sebagai sumber pengetahuan duniawi, pengetahuan ilmu alam, ilmu
sosial, dll. Alkitab tidak lagi berwewenang dalam bidang ilmu pengetahuan dan
diganti dengan filsafat Aristoteles sebagai ratu ilmu pengetahuan.(lihat
Linnemann, 1991, 17-20)
Unsur
filsafat dalam teologi kontemporer
·
Alkitab
tidak berwenang dalam bidang ilmu pengetahuan (berdasarkan Skolastik)
Perpusat
pada manusia: Antroposentris (Humanisme)
·
Agama
adalah sebagian dari isi kebudayaan dan hasil karya manusia; wahyu tidak diakui
(Humanisme)
·
Relativisme:
kebenaran yang mutlak tidak diakui (Humanisme)
FILSAFAT-FILSAFAT
LAIN YANG DIJADIKAN DASAR TEOLOGI KONTEMPORER
1.Giovani Pico Della Mirandola
(1463-1494) berkata: “Manusia diciptakan tidak bersifat duniawi dan juga tidak
bersifat surgawi (rohani). Manusia bisa merosot nilainya sehingga seperti
binatang, tetapi ia juga dapat naik ke surga. Semuanya terletak pada kehendak
manusia sendiri è
manusia diberi wewenang untuk memiliki apa yang ia mau dan untuk menjadi
seperti apa yang dikendakinya”. Apa kata Alkitab tentang manusia? (diskusikan).
2. Francis Bacon (1561-1624),
seorang filsuf empiris, melalui bukunya NOVUM ORGANUM (1620) ia berhasil
membangun dasar kritik modern terhadap Alkitab. Menurutnya, segala kebenaran
hanya dapat diperoleh secara induktif (melalui pengalaman dan pikiran yang
didasarkan atas impiris dan kesimpulan melalui hal yang khusus kepada hal yang
umum. Baginya cara induktif cocok untuk semua bidang ilmu.
Untuk Alkitab Bacon mengatakan :
(a) Alkitab tidak memberi fakta apapun mengenai dunia fisika. (b) Alkitab
adalah buku yang hanya berguna bagi kesalehan, yang memimpin kepada sikap
menghormati dan mentaati Allah, tetapi tidak berarti mengenal Allah secara
obyektif dan benar.
3. Thomas Hobbes (1588-1679)
seorang filsuf Materialisme
Semua/pikiran adalah kesan panca
indra.Tidak ada satu konseppun yang tidak dimulai oleh kesan panca indra.
Seluruh alam semesta adalah kebendaan dan apa yang bukan kebendaan sesungguhnya
tidak ada. Yang infinite (tak terhingga)tidak mungkin ada.
Kepercayaan tentang hal yang
ajaib, dunia yang tak terhindari hanya didasarkan oleh mujizat. Konsekuensinya
kalau mujizat tidak tahan uji, maka kepercayaan akan runtuh. Jadi kepercayaan
yang dibangun atas dasar mujizat seseungguhnya tidak kuat. Mengapa demikian,
karena menurut Hobbes, mujizat perlu ditafsirkan dan dimengerti seperti
perumpamaan (hanya secara rohani dan bukan sebagai sebagai suatu peristiwa).
Alkitab tidak dapat memberitahukan
wahyu apapun, sebab dalam Alkitab yang tidak masuk akal (absurd), mustahil.
Misalnya, Keilahian Yesus Kristus, Allah Tritunggal. Percaya kepada hal-hal
yang absurd merupakan kepercayaan yang buta.
Hobbes yakin bahwa akal manusia
(rasio) adalah firman Allah yang tidak dapat ditentang. Akal manusia diberi
monopoli mencapai pengetahuan seluruhnya, sedangkan Alkitab hanya berguna untuk
menjadikan manusia taat.
Bagaimana pendapat/tanggapan
terhadap pendapat Bacon dan Hobbes? DISKUSIKAN !
4. Rene Descartes (1596-1650),
seorang filsuf Rasionalis Descartes (baca:Dekart) adalah ahli ilmu pasti
kelahiran Tours (Prancis) teman sejaman dengan Galileo Galilei (1564-1642) asal
pisa yang menolak jadi biarawan. Ia dididik an dibesarkan oleh imam-imam dari
golongan Jesuit. (Heuken, Agama dan Ilmu-ilmu Pengetahuan, 42-46) Pemikiran
Descartes berseberangan dengan pemikiran filsafat Empirisme.
Ia meragukan pengetahuan melalui
panca indra. Ia sangat dikenal dengan dasar pemahamannya: “Cogito ergo sum”
(kalau saya ragu-ragu, saya berpikir dan kalau saya berpikir, pasti saya ada.” Descartes
menunjukkan bahwa :
Keragu-raguan menjadi prinsip
dasar keyakinan bagi manusia modern, Akibat dari prinsip pemikiran Descartes
ini, maka dalam tiap bidang ilmu muncul praduga awal yang kemudian ada usaha
untuk membuktikan kebenaran praduga itu. Dengan kata lain, keragu-raguan
(praduga) diakui sebagai jalan untuk mencapai pengetahuan/pengertian yang
benar.
Manusia berusaha untuk
mendasarkan keberadaannya atas pikirannya
5. Baruch De Spinoza (1632-1677)
ahli filsafat rasionalis Spinoza (asal Yahudi) kelahiran Belanda sangat
mengecam dan menentang Alkitab. Pemikiran-permikiran Spinoza adalah sbb:
Semua kebenaran dapat diketahui
secara matematis, termasuk kebenaran agama yang benar. Semua hal dalam agama
yang tidak dapat diketahui harus ditolak tegas.
Alkitab bukan Firman Allah,
tetapi di dalam Alkitab terdapat Firman Allah. Serpihan dari pikiran ini
terwarisi hingga kini (Wismoady Wahono, Di sini Ketemukan, 17-280, 349-412),
James Barr, Alkitab di dunia Modern (75-99). Artinya Alkitab tidak seluruhnya
adalah Firman Allah, melainkan hanya bagian tertentu. Akibat pendapat ini (b.1)
Sebagian Pl tidak diterima sebagai Firman Allah, melainkan hanya diakui sebagai bagiaan yang berkenaan dengan sejarah umat Israel (temporer). (b.2) Inilah yang
dipakai Karl Barth, Rudolf Bultman sebagai latar belakang pemahaman mereka (demitologisasi Bultmann.
Alkitab tidak diakui sebagai
penyataan Allah. Memegang Alkitab sebagai Firman Allah = mengubah kepercayaan
menjadi tahyul, menyembah kertas dan tinta sebagai Allah. Pemikiran ini
kemudian diwarisi oleh Barth dalam
pemikiran theologisnya.
Spinoza menolak adanya mujizat.
Kalau sutu peristiwa dimengerti sebagai mujizat, itu merupakan akibat dari
keterbelakangan.Kalau keterbelakangan dihilangkan, maka mujizat akan hilang
juga.Tiap peristiwa yang disajikan Alkitab harus sesuai dengan hukum-hukum
alam.Bahkan menurut David Hume, “mujizat adalah pemerkosaan terhadap hukum alam
(Peter Gay, Abad Pencerahan). Pendapat dari Hume ini merupakan buah dari Deisme
yang menyebut Tuhan sebagai “ahli matematika agung” atau “tukang jam ilahi.”
Mengakui adanya mujizat berarti menganggap adanya ralat pada Tuhan, sebab Tuhan
tidak bekerja secara tambal sulam dalam menciptakan alam semesta dan tidak
perlu mengadakan intervensi untuk memperbaiki kekeliruan di sana sini.
Spinozalah yang pertama-tama
mengatkan bahwa nabi Daniel hanya menulis kitab Daniel pasal 8-12. Sejak itulah
maka kitab Daniel diragukan oleh para theolog kontemporer. Mereka katakana
bahwa kitab Daniel tidak ditulis sebelum
abad II BC. Demikian juga Musa sebagai penulis kitab-kitab Taurat di tolak
Spinoza. Juga Spinoza yang menaburkan benih keraguan terhadap kitab-kitab
Injil. Ia mengatakan bahwa tidak pantas
dipercaya bahwa Allah menghendaki hidup Kristus diceritakan empat
penulis. Spinoza juga menyangkal kebangkitan Tuhan Yesus
sebagai peristiwa dan kenyataan. Ia
hanya akui penyaliban sebagi peristiwa histories, sedangkan kebangkitan Tuhan
Yesus adalah berita buatan para rasul. Jadi apa yang dirumuskan Bultmann bahwa
“kebangkitan Yesus bukan peristiiwa historis” telah dirumuskan oleh Spinoza 200
tahun sebelumnya. è
Bagaimana tanggapan anda terhadap tanggapan Spinoza? DISKUSIKAN
6. David Hume (1711-1776), filsuf
Empirisme Skeptik. Hume berpendapat sama dengan Hobbes yang sangat menekankan
pada pengalaman inderawi manusia. Juga sama dengan, ia menentang mujizat namun
sedikit berbeda. Hume tidak meragukan kemungkinan terjadinya mujizat (the
possibility of miracles), tetapi ia meragukan
bahwa mujizat pantas dipercayai.
Pokok pemikiran David Hume dapat
diringkaskan sebagai berikut:
Sebuah hukum alam mempunyai
tingkat kemungkinan yang paling besar, karena di dasarkan pada hal-hal yang
biasa terjadi, yaitu yang diatur. Sedangkan sebuah mujizat mempunyai tingkat
kemungkinan yang paling rendah, karena jarang terjadi.
Seorang yang bijak, mendasarkan
keyakinan/kepercayaannya atas tingkat kemungkinan yang paling tinggi. Karena
itu orang yang paling bijaksana seharusnya tidak percaya bahwa mujizat apapun pernah
terjadi. Apa tanggapan kita terhadap pendapat Hume?
7.Imamanuel Kant (1724-1804),
ahli filsafat Agnotisisme. Ia berusaha memadukan antara Empirisme dan
Rasionalisme dengan berkata: “Isi pengetahuan adalah dari panca indera, tetapi
bentuknya terjadi melalui kecerdasan”. Ia berusaha membedakan antara dunia
fenomena (sesuatu yang menampakkan diri bagi akal manusia) dengan dunia naumena
(dunia seperti yang kita alami). Kant mengatakan bahwa kalau kita mengalami
Allah, hal itu tidak boleh diterima sebagai kepastian. Memikirkan Allah tidak
boleh diterima sebagai pengetahuan yang real. Maka Allah tidak dapat dialami
dan diketahui secara obyektif dan real. Mengatakan mengenai Allahsecara
obyektif merupakan suatu kejatuhan ke dalam dosa.
Lahirnya berbagai “isme” yang
berpengaruh sangat kuat dalam perkembangan teologi kontemporer.
Historisme, menekankan bahwa
tolok ukur histories yang selama ini dipandang akurat dan obyektif harus diuji
ulang sejak hadirnya pencerahan. Akhirnya, antara yang historis dan yang
diimani dalam Alkitab harus dipersoalkan ulang.
Saintisisme, sejak Galileo, para
ilmuwan berhasil mempromosikan kehebatan
ilmu pengetahuan sebagai jawaban yang paling solid terhadap semua misteri
kosmos makro-mikro kosmos, maka kisah penciptaan (Kej. 1, 2) ditolak.
Kritisisme, studi tentang
naskah-naskah dari abad pertengahan yang diakui asli, ternyata tidak benar oleh
pemikiran modern. Karena itu para ahli berusaha mencari naskah asli berdasarkan
metode ilmiah (histories kritis), termasuk semua dukumen masa lampau harus
diperiksa dengan teliti (keasliannya, keakuratannya, faktualitasnya). Dalam hal
ini PL dan PB harus dikritik dengan metode kritik tinggi.
Rasionalisme, deisme yang berakar
pada filsafat kafir merupakan pelopor teologi yang mendaulatkan rasio sebagai
kaidah kebenaran termasuk kebenaran agamawi. Walaupun para pemikir (teolog)
percaya pada Allah, rasio tetap sebagai primadona ilmu pengetahuan, etika,
estetika, kecantikan, agama. Semua unsure yang tidak rasional harus dibuang
dari arena kepercayaan.
Toleranisme. Menyusul penemuan
Columbus (benua Amerika), para ahli dibarat menyatakan bahwa dunia ini kaya dengan “kebudayaan dan
agama”. Contoh: Gotthold Lessing dengan dramanya “Nathan the wise” (1977)
memproklamirkan bahwa “tidak ada satu agamapun yang memiliki kebenaran mutlak
termasuk agama Kristen”.
Optimisme. Pencerahan tidak
mengakui dosa asal. Dosa dianggap sebagai suatu peristiwa psikologis dan
khayalan belaka. Agama merupakan neurosis umum yang selalu mengganggu pikiran
manusia (baca pandangan Freud dalam buku Heuken, Agama dan Ilmu-ilmu
Pengetahuan, tt : 127-129). Ajaran yang menekankan penderitaan salib harus
diganti dengan pemikiran dan ajaran yang positif, optimis.
Kantianisme. Immanuel Kant
(1724-1804) boleh disebut sebagai “bapak teologi liberal” karena pemikirannya
selalu menjadi acuan para teolog liberal. Ia katakan antara lain: ilmu
pengetahuan telah melawan dan membisukan agama.
KERUMITAN TEOLOGI KONTEMPORER
Kerumitan berpikir dan munculnya
anaka ragam aliran teologi. Misalnya teologi Neo-Ortodoks Karl Barth, Teologi
Proses, Teologi Allah Sudah Mati, Teologi Kerbau, dll.
Dasar teologi kontemporer adalah
Filsafat bukan Alkitab. Setelah berakhirnya seorang teolog pada kurun waktu
tertentu, muncul teolog lain dan mengembangkan dasar pemikiran teologis yang
berbeda.
Tiap teolog/aliran teologi
kontemporer memiliki istilah tertentu dalam konotasi tertentu pula. Contoh,
dalam pemikiran-pemikiran teologi Karl Barth, ia memakai ungkapan (statement)
yang persis sama 100% sama dengan istilah yang dipakai kaum Injili, tetapi
dengan pengertian yang sangat berbeda. Dalam ceramahnya di Amerika (Princeton
Theological Seminary Univercity of Chicago), ia menyebutkan bahwa teologi
baginya adalah “an Evangelical Theology” (ia tidak menyukai istilah
Neo-Ortodoks) (Susabda, Teologi Modern I, 1989 : 87-88).
Karena dasar pemikiran teologi
kontemporer adalah filsafat, maka dengan sendirinya banyak pra-anggapan dan
doktrin yang menyeleweng dari ajaran Alkitab.
PENTINNYA MEMPELAJARI TEOLOGI
KONTEMPORER
Untuk memahami dasar pemikiran
teologi kontemporer sebagai dasar pelengkapan dalam menghadapi wacana teologi
yang beredar dalam kehidupan gereja.
Untuk memahami garis besar pemikiran
teologi kontemporer sebagai dasar bagi upaya menolong mereka yang terjebak
dalam pemikiran teologi kontemporer.
Untuk dapat memberikan penilaian
kritis Alkitabiah tulisan-tulisan yang bernafaskan teologi kontemporer yang
banyak meracuni kehidupan gereja Tuhan.
0 comments:
Post a Comment