1). Kasih Suami dan Istri
Sebuah kisah tentang sepasang suami istri
yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan,
mereka bertengkar dan suaminya menghardik istrinya dengan sangat keras. Istri
yang kena hardik, merasa sakit hati, tapi tanpa berkata-kata, dia menulis di
atas pasir: Hari ini suamiku menyakiti hatiku.
Mereka terus berjalan, sampai menemukan
sebuah oasis dimana mereka memutuskan untuk mandi. Si istri
mencoba berenang namun nyaris tenggelam dan berhasil
diselamatkan suaminya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya
hilang, dia menulis di sebuah batu: Hari Ini suamiku yang baik menyelamatkan
nyawaku.
Suami bertanya, “Kenapa setelah saya melukai hatimu, kamu menulisnya
di atas pasir dan sekarang kamu menulis di atas batu?” Istrinya sambil
tersenyum menjawab, “Ketika hal buruk terjadi, kita harus
menulisnya di atas pasir agar ketika angin maaf datang berhembus, maka akan
menghapus tulisan itu. Dan bila sesuatu yang luar biasa diperbuat suamiku, aku
harus memahatnya di atas batu hatiku agar tidak bisa hilang tertiup angin.”
Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut
pandang yang berbeda, bahkan terkadang malah sangat menyakitkan. Yang
terpenting adalah belajarlah untuk segera memaafkan dan lupakan hal-hal yang
menyakitkan hati kita, agar tidak menjadi akar kepahitan di kemudian hari.
Tetapi ingatlah selalu kebaikan-kebaikan yang kita alami sehingga kita dapat
maju terus menghadapi kehidupan ini. Walaupun mungkin banyak hal yang akan
mengguncang rumah tangga kita, tetapi jika kita selalu mau mengampuni, maka
akan tercipta kebersamaan yang selalu akan menguatkan kita. Semoga kita semua
mengerti betapa berharganya sebuah “keluarga”.
5). Belajarlah dari nenek Ella Craig
Sebuah media masa yang terbit di Negara bagian
Nashville, Amerika Serikat “The Nashville Banner” memberikan laporan unik
tentang hidup seorang nenek yang bernama Ella Craig yang berusia 81 tahun.
Dilaporkan bahwa nenek Ella Craig selalu pergi
ke Gereja setiap hari Minggu selama 20 tahun tanpa absen satu kali pun. Itu
berarti nenek Ella Craig selama 20 tahun pergi ke Gereja sebanyak 1.040 hari
Minggu!
Artikel itu juga memunculkan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah Ella Craig tidak pernah punya teman di
hari Minggu yang menghalanginya ke Gereja?
2. Apakah ia tidak pernah sakit kepala, flu,
tidak enak badan, atau lelah?
3. Tidak pernahkah ia melakukan perjalanan akhir
pekan?
4. Tidak pernahkah ia bangun terlambat di hari
Minggu pagi?
5. Apakah di daerahnya tidak pernah turun hujan
atau salju di Minggu pagi?
6. Apakah tidak ada satu orang pun di Gereja
yang menyakiti hatinya? Dan seterusnya, masih banyak lagi deretan pertanyaan
yang mengisyaratkan kekaguman dan keheranan mereka terhadap nenek Ella Craig .
Artikel itu akhirnya ditutup dengan pertanyaan,
“Apakah ada alasan yang dapat menghalangi nenek Craig untuk tidak ke Gereja?”.
Jawabannya? Sama sekali tidak ada.
Jadi, jika di hari Minggu kita tidak hadir
kebaktian padahal tidak ada sesuatu pun yang menghalangi kita, pasti ada yang
salah dengan apa yang ada di dalam diri kita!
6). Meja kayu buat papa dan mama
Sebuah keluarga terdiri suami, istri, anak
berumur 6 tahun, dan kakek yang telah renta. Begitu rentanya sehingga tangannya
selalu gemetaran bila memegang sesuatu sehingga berantakan. Hal ini
mendatangkan kejengkelan suami istri tersebut. Tidak jarang mereka mengomel dan
marah marah melihat hal tersebut. Itulah sebabnya mereka membuatkan meja kayu dan
menempatkan di pojok rumah sebagai tempat kakek makan agar tidak mengganggu
suasana makan mereka.
Setiap kali makan kakek ini berlinangan air
mata, tetapi ia tidak berani menggugat anak dan menantunya.
Suatu ketika suami istri ini tertarik melihat
apa yang dilakukan oleh anak mereka. Tampak anak tersebut mengumpulkan kayu dan
berusaha membuat sesuatu dari bahan kayu. Lalu mereka mengajukan pertanyaan
kepadanya. “Sedang apa nak?”. “Aku sedang membuat meja kayu buat papa dan mama
makan untuk besok kalau aku sudah besar.
Sahabat, anak-anak adalah persepsi dari kita.
Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan
pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan.
Sadarilah, bahwa untuk merekalah kita akan
selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan
tabungan masa depan.
Suatu kali, di Taiwan ada seorang konglomerat
dimana kekayaannya itu diperoleh benar-benar dari nol. Karena itu, apa yang
dilakukannya mampu menginspirasi banyak orang.
7). Ilustrasi: Berkat atau Kutuk
Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil.
Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih
cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah di
lihat begitu kemegahannya, keagungannya dan kekuatannya.
Orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda
jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak, "Kuda ini bukan kuda bagi
saya," ia akan mengatakan. "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana
kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita
dapat menjual seorang sahabat." Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi
ia tetap tidak menjual kuda itu.
Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada
di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. "Orang tua bodoh,"
mereka mengejek dia, "sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri
kudamu. Kami sudah peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin.
Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga? Sebaiknya
anda sudah menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun
akan di bayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh
kemalangan."
Orang tua itu menjawab, "Jangan bicara
terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja
yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak,
bagaimana Anda dapat ketahui itu? Bagaimana Anda dapat menghakimi?"
Orang protes, "Jangan menggambarkan kita
sebagai orang bodoh! Mungkin kita bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat
tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan."
Orang tua itu berbicara lagi, "Yang saya
tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya
tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang
dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi
nanti?"
Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang
itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan
menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang
tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya
keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli
makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan
bahwa ia betul-betul tolol.
Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia
tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa
sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul di
sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan, "Orang tua, kamu benar
dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami."
Jawab orang itu, "Sekali lagi kalian
bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa
selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu
bahwa ini adalah berkat? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian
sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai? Kalian hanya membaca
satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku? Kalian
hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti
seluruh ungkapan? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup
berdasarkan satu halaman atau satu kata. Yang anda tahu hanyalah sepotong!
Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan
apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu."
"Barangkali orang tua itu benar,"
mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata.
Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua
belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu
dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.
Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki.
Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia
terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa
berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai.
"Kamu benar," kata mereka, "Kamu
sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah
kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia
tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin
lagi."
Orand tua itu berbicara lagi, "Ya, kalian
kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan
saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan? Tidak ada
yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang
sepotong-sepotong."
Maka terjadilah 2 minggu kemudian negeri itu
berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi
tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia sedang terluka. Sekali
lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena
anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan
mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh.
Mereka mungkin tidak akan melihat anak-anak mereka kembali.
"Kamu benar, orang tua," mereka
menangis, "Tuhan tahu kamu benar. Ini membuktikannya. Kecelakaan anakmu
merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu.
Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya".
Orang tua itu berbicara lagi, "Tidak
mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak
ada yang tahu. Katakan hanya ini: anak-anak kalian harus pergi berperang, dan
anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada
yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu."
Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong
dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya
merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik
kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan
sampai kita ketahui seluruh cerita.
Saya tidak tahu dari mana si tukang kayu belajar
menjaga kesabarannya. Mungkin dari tukang kayu lain di Galelia. Sebab tukang
kayu itulah yang paling baik mengungkapkannya:
"Janganlah kamu kuatir akan hari esok,
karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri."
Ia adalah yang paling tahu. Ia menulis cerita
kita. Dan Ia sudah menulis bab yang terakhir. (In The Eye of The Storm - Max
Lucado)
8). Lakukan yang terbaik Tuhan yang akan
memberkati
Karena penasaran, ada seorang pemuda ingin
menimba pengalaman dari sang pengusaha. Dia berkata: “Terus terang saya sangat
ingin menimba pengalaman dari Bapak sehingga bisa sukses seperti Bapak,” ujar
pemuda itu.
Mendengar permintaan itu, sang pengusaha tersenyum
sejenak. Kemudian, ia pun meminta anak muda tadi menengadahkan tangannya. Si
pemuda pun terheran-heran. Namun, lantas si pengusahapun menjelaskan maksudnya.
“Biar aku lihat garis tanganmu. Dan, simaklah
baik-baik apa pendapatku tentangmu sebelum aku memberikan pelajaran seperti
yang kamu minta,” jawab pengusaha tersebut. Setelah menengadahkan kedua
tangannya, si pengusaha pun berkata, “Lihatlah telapak tanganmu ini. Di sini
ada beberapa garis utama yang menentukan nasib. Di sana ada garis kehidupan.
Kemudian, di sini ada garis rezeki dan ada pula garis jodoh. Sekarang,
menggenggamlah. Di mana semua garis tadi?”
“Di dalam telapak tangan yang saya genggam.”
Jawab si pemuda yang penasaran.
“Hal itu mengandung arti, bahwa apapun takdir
dan keadaanmu kelak, semua itu ada dalam genggamanmu sendiri. Kerja keraslah
untuk mendapatkan semua itu. Tetapi coba lihat pula genggamanmu. Bukankah masih
ada garis yang tidak ikut tergenggam? Sisa garis itulah yang berada di luar
kendalimu. Karena di sanalah letak kekuatan Tuhan yang kita tidak akan mampu
lakukan dan itulah bagianNya."
Genggam dan lakukan bagianmu dengan kerja keras
dan sungguh, dan bawalah kepada Tuhan bagian yang tidak mampu engkau lakukan!
9). Persahabatan Sejati
Ada dua orang pria yang bersahabat. Mereka
bernama Albert Durer dan Hans. Mereka ingin sekali masuk ke sekolah seni lukis
dan pahat. Masalahnya, mereka tidak mempunyai uang. Kemudian Hans mempunyai ide
untuk mengatasi masalah tersebut. Hans akan bekerja untuk membiayai kuliah
Albert. Nanti setelah Albert lulus dan menjadi pelukis, maka Albert yang akan
membiayai kuliah Hans. Hans bekerja sebagai kuli bangunan. Lalu Albert masuk ke
sekolah seni lukis dan pahat. Tahun demi tahun pun berlalu. Akhirnya Albert
lulus dari sekolahnya. Dengan penuh semangat, ia pergi ke rumah Hans.
Ketika tiba di rumah Hans, ia mengetuk pintu
berulangkali, namun tidak ada jawabannya. Lalu Albert mengintip dari jendela.
Apa yang dilihatnya? Ternyata Hans sedang berlutut. Kedua belah tangan
sahabatnya itu mengarah ke atas. Hans sedang berdoa sambil menangis: “Oh Tuhan,
tanganku ini. Tanganku sudah menjadi kaku dan kasar. Tanganku sudah tidak bisa
dipakai untuk melukis. Biarlah Albert saja yang menjadi pelukis.” Ternyata
pekerjaan Hans sebagai seorang kuli bangunan telah membuat tangannya menjadi
kaku dan kasar. Ia tidak mungkin menjadi pelukis lagi. Apa yang dilakukan Hans
ini tentunya tidak bisa dilupakan Albert seumur hidupnya. Itulah sebabnya,
Albert mengabadikan kasih dan pengorbanan sahabatnya ini dengan membuat suatu
lukisan yang diberi nama “Tangan Berdoa” atau Praying Hand yang sangat terkenal
itu.
Saudara-saudara, tentunya kita ingin memiliki
sahabat seperti Hans. Seorang sahabat yang penuh kasih dan rela berkorban bagi
kita. Mungkin kita juga ingin supaya kita menjadi sahabat yang terbaik bagi
sahabat kita. Persahabatan antara Albert dan Hans adalah satu dari sekian
banyak contoh persahabatan sejati yang kita dambakan. Namun, bagaimana caranya
agar persahabatan ini dapat kita miliki? Persahabatan sejati membutuhkan dasar
yang kokoh. Itulah sebabnya, kita perlu tahu bahwa persahabatan sejati dalam
hidup orang percaya adalah persahabatan yang berdasarkan kasih dan kesetiaan.
Saudara-saudara, perikop yang baru saja kita baca ini juga merupakan kisah
persahabatan sejati dalam Alkitab. Kisah ini mirip dengan persahabatan Daud dan
Yonatan di 1 Samuel 18:1-.
10). Saling perduli
Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang
diparkir di depan kuburan umum.
Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan.
Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata, "Pak,
maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu?
Tolonglah Pak,karena para dokter mengatakan
sebentar lagi beliau akan meninggal!"
Penjaga kuburan itu menganggukkan kepalanya
tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu. Seorang wanita lemah
dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga
kuburan itu sambil berkata, " Saya Ny . Steven. Saya yang selama ini
mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar
Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya
datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin
memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang
telah menolong saya."
"O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang
itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya
kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh
kembang itu di pusara anak Anda." jawab pria itu. "Apa, maaf?"
tanya wanita itu dengan gusar.
"Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu
di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan
seikat kembang.
Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya
berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai,
atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup,
sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu,
Nyonya," jawab pria itu.
Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan
agar sopirnya segera pergi.
Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun
dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.
"Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat
saya? Saya Ny.Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda
berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan
membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi
mereka yang sudah meninggal.
Ketika saya secara langsung mengantarkan
kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak
hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia. Sampai saat ini
para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin
bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!"
Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena
mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan.
Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan
menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.
11). Kesabaran yang membawa pada pengharapan
Alkisah, seorang pemuda menemukan sebuah gua
yang terletak di kaki gunung. Saat dijelajahinya gua itu, ia menemukan sebuah
mutiara yang tak ternilai harganya. Tetapi sayang sekali mutiara tersebut
berada di mulut naga yang kuat dan besar. Si pemuda tersebut sudah berjuang
dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan mutiara yang sangat berharga tersebut.
Tetapi ia tidak berhasil, malahan ia terluka. Akhirnya ia pergi dan kembali
menjalani hidupnya seperti biasa. Ia lalu menikah dan punya anak dan bekerja
keras selama bertahaun-tahun.
Saat pemuda tadi sudah menjadi tua, saat itu
istri dan anak-anaknya sudah meninggal dunia. Suatu ketika ia berkata: “sebelum
aku mati, aku ingin kembali ke gua, untuk melihat mtiara itu.” Ia pun kembali
ke gua. Mutiara itu masih di sana dan masih seindah dulu. Namun sang naga itu
sudah menjadi lemah dan tua. Akhirnya ia dengan mudah mengambil mutiara itu dan
membawanya pergi.
Naga dalam kisah tadi melambangkan tantangan,
sedangkan mutiara melambangkan hikmah dan anugerah tersembunyi di balik setiap
persoalan hidup. Si pemuda tadi sudah berjuang seumur hidupnya dan akhirnya ia
memiliki hadiah yang indah dengan mudah.
Pembaca, hidup ini memang penuh tantangan. “Sang
naga” bias muncul dimana saja di hidup kita setiap hari. Yang penting tetaplah
optimis dan bersemangat. Semua tantangan sekali kelak pasti membuahkan anugerah
yang besar bagi hidup kita.
12). Kebahgiaan tidak bisa dibeli dengan uang
Ada seorang tukang sepatu yang selalu ceria dan
bahagia. Setiap hari ia selalu menyanyi dengan gembira bersama keluarganya.
Sementara itu tukang sepatu memiliki tetangga
yang sangat kaya raya. Pekerjaannya setiap hari adalah menghitung uang yang
tidak pernah habis.
Orang kaya itu sangat terganggu dengan nyanyian
tukang sepatu. Tetapi ia bingung mencari cara untuk membungkam mulutnya agar
tidak bernanyi lagi. Lalu ia menemukan akal.
Dipanggilnya tukang sepatu itu. Lalu orang kaya
itu memberinya uang satu tas. Tukang sepatu itu menerimanya dengan sangat
senang. Segera tas berisi uang itupun dibawanya pulang dan diserahkan kepada
isterinya.
Isteri tukang sepatu itu terkejut dan senang
dengan pemberian tersebut. Maka dibukanyalah tas tersebut dan dihitungnya uang
itu lembar per lembar. Sementara isterinya menghitung uang, tukang sepatu itu
bernyanyi riang.
Ketika menghitung uang dalam tas tersebut, dahi
isteri tukang sepatu tiba-tiba berkerut. Rupanya ia bingung dengan jumlah uang
yang dihitungnya. Ia hitung sekali lagi dan ternyata jumlahnya adalah Rp
99.700.000,-. Ia tidak percaya bila uang dalam tas tersebut jumlahnya seperti
itu. Ia hitung berkali-kali dan ternyata jumlahnya tetap Rp 99.700.000,-.
Semakin berkerutlah kening isteri tukang sepatu sambil bergumam:
“Hmmm….semestinya jumlahnya Rp 100.000.000,- . Tidak mungkin kalau jumlahnya
ganjil seperti ini. Kemana yang Rp 300.000,- itu?....”
Isteri tukang sepatu itu mulai bertanya kepada
suaminya. Dan suaminya menjawab bahwa ia tidak mengutak-atik uang dalam tas
tersebut.
Makin berkernyitlah kening isteri tukang sepatu.
Ia mulai curiga kepada suaminya. “Jangan jangan duitnya disembunyikan...atau
….jangan jangan suamiku sudah mulai mempunyai isteri simpanan…, dst.”
Pertanyaan-pertanyaan itu mulai menggelisahkan hatinya sehingga akhirnya
meledak menjadi pertengkaran. Sejak saat itu rumah tukang sepatu tidak lagi
terdengar suara nyanyian dan keceriaan lagi, tetapi pertengkaran demi
pertengkaran menghiasi kehidupan keluarga tukang sepatu.
Damai dan sukacita itu lebih bernilai dari
sekedar kekayaan dunia.
13). Dampak Pujian
Ada seorang gadis muda yang suka menari.
Kepandaiannya menari sangat menonjol sehingga ia memenangkan berbagai
perlombaan. Ia ingin menjadi penari kelas dunia. Ia membayangkan betapa
bangganya bisa mengunjungi berbagai negara di dunia bila kelak telah menjadi
penari kelas dunia.
Suatu ketika ada pertunjukkan tari di kotanya.
Pertunjukkan tersebut dihadiri oleh seorang pakar tari. Sudah banyak orang yang
menjadi penari kelas dunia di bawah asuhannya. Ia berencana hendak menemui
pakar tari tersebut untuk menunjukkan tariannya. Bila perlu memohon untuk bisa
menjadi muridnya.
Saat pertunjukkan usai gadis tersebut berhasil
menemui sang pakar. Mulailah ia menari di depan sang pakar. Belum ada 10 menit,
sang pakar tadi tiba-tiba pergi tanpa memberi ekspresi apapun.
Gadis itupun segera berlari dan pulang dengan
kecewa. Sejak saat itu ia bersumpah tidak akan menari lagi.
Gadis tersebut akhirnya menjadi isteri seorang
lelaki dan Ia memiliki tiga anak. Suaminya sekarang sudah mati. Dan untuk
menghidupi anaknya ia menjadi pelayan restoran.
Suatu ketika ada pertunjukkan tari di kotanya.
Di akhir acara ia melihat ada pakar tari yang pernah ia jumpai dulu. Sekarang
tampak tua dan rambutnya memutih. Ia membawa ke tiga putranya ke belakang
panggung dan memperkenalkannya kepada pakar tari. Rupa-rupanya sang pakar masih
mengingatnya. Setelah berbincang-bincang, gadis itu mengajukan pertanyaan. “Ada
yang mengganjal di hati saya. Mengapa pada waktu dulu itu anda langsung pergi tanpa
menghiraukan saya? Sebegitu jelekkah tarian saya?”.
Sang pakar menjawab,”Oh, ya saya ingat.
Sebenarnya tarianmu sangat bagus, dan kamu sangat berpeluang untuk menjadi
penari kelas dunia.”
“Ini tidak adil! Seharusnya anda memuji saya
supaya saya tidak putus asa. Jika tahu seperti itu, seharusnya tidak perlu
menjadi pelayan restoran.” Timpal si gadis.
“Pada waktu itu saya sangat lelah. Saya pergi
hendak mengambil kartu nama saya untuk saya berikan kepadamu. Tetapi kamu sudah
pergi. Tidak perlu anggur satu barel untuk membuktikkan anggur itu enak. Bagi
saya tidak harus 10 menit untuk melihat tarianmu untuk mengetahui apa kamu
berbakat atau tidak. Seharusnya kamu fokus kepada impianmu dan jangan biarkan
siapapun untuk mencurinya. Mengapa kamu pusing dengan apa komentar orang
kepadamu? Seketika mungkin kamu sakit hati pada waktu itu, tetapi selanjutnya
kamu bisa berlatih dan melupakan kekecewaanmu. Tetapi penyesalanmu hari ini
tidak akan pernah bisa kamu lupakan untuk selamanya.” Jawab sang pakar.
“Soal pujian? Pada waktu itu kamu sedang tumbuh.
Pujian itu ibarat pisau bermata dua. Bisa memotivasi, bisa juga melumpuhkan
semangat juang, karena orang lalu berpuas diri. Lagi pula, pujian itu
seharusnya keluar dari hati saya sendiri. Mengapa kamu memintanya? Apa artinya
pujian yang tidak tulus itu bagimu?” Imbuhnya.
14). Kasih Sejati
John dan Andy bersahabat sejak kecil. Saat
mereka remaja, pecahlah perang dunia kedua. Mereka berdua harus ikut wajib
militer. Mereka ditugaskan di garis depan medan perang. Pada suatu pagi yang
berkabut, kapten mereka memimpin mereka untuk menyerang markas musuh. Namun,
sinar matahari telah menghapus kabut itu sebelum mereka sampai di dekat markas
musuh. Mereka pun langsung terlihat oleh musuh. Musuh segera menembak mereka
secara membabi buta. Mereka kemudian berusaha lari menyelamatkan diri, termasuk
John dan Andy. Sesampainya di markas, ternyata John tidak ada. Andy segera
meminta ijin kepada kaptennya untuk mencari Andy di daerah musuh. Tentu saja
kapten itu menolak karena itu sangat berbahaya. Bisa jadi John juga telah
meninggal. Namun, Andy tidak menghiraukan larangan kaptennya. Ia pergi mencari
John.
Setengah jam kemudian Andy kembali dengan
berlumuran darah. Sang kapten pun marah besar dan berkata: “Apa kubilang, John
sudah mati dan kau pun tertembak. Sungguh sia-sia” Andy berkata: “Tidak
sia-sia, karena aku mendengar kata-kata terakhirnya” Karena penasaran, sang
kapten bertanya lagi” “Memangnya apa yang ia katakan sampai kau rela
mempertaruhkan nyawamu?”
John berkata: “Saya tahu kau pasti akan kembali
mencariku, aku mengasihimu sahabatku” Dia mengatakannya sambil tersenyum puas.
Oleh karena kasihnya kepada John, Andy rela mempertaruhkan nyawanya untuk
mencari sahabatnya ini. Memang usaha Andy ini tampaknya sia-sia karena Andy
tertembak dan John meninggal. Namun, sebenarnya hal ini tidak sia-sia karena
sampai akhir hidupnya, John melihat bahwa Andy, sahabatnya ini tetap mengasihi
dia.
15). Menerima orang lain
Ada sebuah ilustrasi tentang penciptaan pria
& wanita.
Pada saat Sang Pencipta telah selesai
mencipta-kan pria. Kemudian Sang Pencipta mengambil lingkaran bulan purnama,
kelenturan ranting pohon anggur, goyang rumput yang tertiup angin, mekarnya
bunga, kelangsingan dari buluh galah, sinar dari mata-hari, tetes embun dan tiupan
angin. Ia juga mengambil rasa takut dari kelinci dan rasa sombong dari merak,
kelembutan dari bulu burung dan kekerasan dari intan, rasa manis dari madu dan
kekejam-an dari harimau, panas dari api dan dingin dari salju, keaktifan bicara
dari burung kutilang dan nyanyian dari burung bul-bul, kepalsuan dari burung
bangau dan kesetiaan dari induk singa.
Dengan mencampur-kannya bahan semua itu, maka
Sang Pen-cipta membentuk wanita dan memberi-kannya kepada pria. Pria itu merasa
senang sekali karena hidupnya tidak merana dan kesepian seorang diri.
Setelah satu minggu, pria itu datang kepada
Tuhan, katanya: ’Tuhan, ciptaan-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku membuat
hidupku tidak bahagia. Ia bicara tiada henti sehingga aku tidak dapat
beristirahat. Ia minta selalu untuk diperhatikan. Ia mudah menangis karena
hal-hal sepele. Aku datang untuk mengembalikan wanita itu kepada-Mu, karena!
aku tidak bisa hidup dengannya".
"Baiklah", kata Sang Pencipta. Dan Ia
meng-ambilnya kembali.
Beberapa minggu kemudian, pria itu datang lagi
kepada Tuhan, dan berkata, 'Tuhan, sejak aku memberikan kembali wanita
ciptaan-Mu, kini aku merana kesepian. Tiada lagi yang memperhatikan-ku, tiada
lagi yang menyayangiku. Aku selalu memikirkan dia, ke mana pun aku pergi, aku
selalu ingat dia. Makan tidak enak, tidur tidak nyenyak. Aku rindu kepadanya.
Di kala aku sendirian, kubayangkan wajah-nya yang cantik, ku-bayangkan
bagaimana ia menari dan me-nyanyi. Bagaimana ia melirik aku.Bagaimana ia
bercakap-cakap dan manja kepadaku. Ia sangat cantik untuk dipandang, dan
sedemikian lembut untuk disentuh. Aku suka akan senyuman-nya. Tuhan,
kembali-kan lagi wanita itu kepadaku!'.
Sang Pencipta berkata, "Baiklah". Ia
memberikan wanita itu kembali kepadanya.
Tetapi, tiga hari kemudian pria itu datang lagi
kepada Tuhan dan berkata, "Tuhan, aku tidak mengerti. Mengapa dia
memberikan lebih banyak lagi kesusahan dari pada kegembira-an. Dia semakin
menyebalkan. Aku tidak tahan lagi dengan sikap dan tingkah lakunya. Aku berdoa
kepada-Mu. Ambillah kembali wanita itu. Aku tidak dapat lagi hidup
dengannya".
Sang Pencipta balik bertanya, "Kamu tidak
dapat hidup lagi dengannya?".
Pria itu tertunduk malu, ia merasa putus asa.
Dalam hatinya ia berkata, "Apa yang harus aku perbuat? Aku tidak dapat
hidup dengannya, tetapi aku juga tidak dapat hidup tanpa dia. Tuhan, ajarilah
aku untuk mengerti apa arti hidup ini?".
"Belajarlah untuk memahami perbedaan dan
belajarlah untuk berani menerima perbedaan dalam hidupmu! Pahamilah dan
usahakanlah apa yang menjadi kebutuhan mendasar dari pasangan hidupmu!",
jawab Tuhan.
Dan inilah enam kebutuhan mendasar pria dan
wanita:
1. Wanita membutuh-kan perhatian, dan pria
membutuhkan kepercayaan.
2. Wanita membutuh-kan pengertian, dan pria
membutuhkan penerimaan.
3. Wanita membutuh-kan rasa hormat, dan pria
membutuhkan penghargaan.
4. Wanita membutuh-kan kesetiaan, dan pria
membutuhkan kekaguman.
5. Wanita membutuh-kan penegasan, dan pria
membutuhkan persetujuan.
6. Wanita membutuh-kan jaminan, dan pria
membutuhkan dorongan.
16). Sentuhan hari Natal
Saya kurang menyukai pertemuan di Gereja pada
hari Natal. Karena setiap kali Natal Gereja selalu penuh sesak sebelum acara
dimulai. Apa gunanya orang-orang ini datang setahun sekali. Mereka hanya bikin
penuh Gereja sekali satahun. Menurut saya sebaiknya orang-orang itu di rumah
saja.
Tetapi ketika saya teringat dengan kisah para
murid yang mengusir anak-anak datang kepada Yesus. Di situ Yesus melarang
murid-murid melakukan hal tersebut dengan mengatakan,”Biarlah anak-anak itu
dating kemari, sebab merekalah yang empunya kerajaan surga.” (Matius 19:14).
Sikap saya sepertinya mencerminkan sikap para murid-murid Yesus.
Harry Reassonary seorang wartawan dan penyiar
radio mengatakan, “Jika orang-orang Kristen tersentuh hanya setahun sekali pada
hari Natal, bagaimanapun sentuhan itu tetap ada artinya. Sebab kita tidak tahu
kapan seseorang bisa berjumpa dengan Yesus secara pribadi. Bias jadi saat
pagi-pagi di hari Natal mereka merenung dan Yesus menjamah hati kita. Bisa juga
melalui perayaan, konser Natal, paduan suara atau melalui berbagai macam event
Natal yang diselenggarakan dan mereka mengalami setuhan dan jamahan Tuhan
sehingga mengalami perjuumpaan secara pribadi dengan Tuhan. Kita tidak bias
tahu secara persis. Semua hal bias dipakai Tuhan menjadi sarana untuk menjamah
hati seseorang untuk berjumpa dengan Yesus.”
Jadi mari di kesempatan Natal ini kita undang
dan kita ajak sebanyak mungkin orang untuk dating. Siapa tahu Tuhan menjamah
hati mereka.
17). Mengalahkan kejahatan ya kebaikan
“Gara-gara tinggal di Pondok Mertua Indah (PMI)
alias ikut suami numpang di rumah mertua. Jadinya ya, tiap hari harus tahan
mendengar gerutu dan omelannya. Tetapi sekarang saya sudah tidak tahan Paman.
Saya pengin lebih baik dia mati saja”, cerita Tutik kepada Pamannya.
“Paman, tolongalah saya. Paman khan ahli meramu
tanaman dan obat-obatan. Tolong buatkan racun untuk membunuh Ibu mertuaku.”
kata Tutik memohon.
“Baiklah, saya buatkan. Cuma supaya tidak
ketahuan bahwa yang membunuh itu kamu, saya buatkan ramuan khusus. Racun ini
tidak langsung mematikan, tetapi daya kerjanya perlahan-lahan. Karena itu
setiap hari kamu buatkan makanan kesukaan ibu mertuamu dan taburilah dengan
racun ini, lalu sajikan kepadanya dengan muka yang berseri.” saran Paman Tutik.
Sebulan kemudian Tutik menjumpai Pamannya. Ia
menceritakan bahwa Ibu mertuanya sekarang sudah berubah menjadi sangat baik dan
sayang kepadanya.
“Paman, saya menyesal telah meracuni Ibu mertua.
Tolonglah Paman, buatkan penawarnya, supaya Ibu mertuaku tidak mati. Aku sangat
sayang kepadanya.” rengek Tutik.
Mendengar itu Pamannya tertawa terkekeh-kekeh, “
He.. he… he… tenang saja. Yang aku berikan kepadamu itu bukan racun. Tetapi…
jamu galian singset ha… ha… ha…”.
“Pantesan kok Ibu mertuaku tambah sehat dan ayu…
Woww… Paman keterlaluan…” seru Tutik geregetan.
“Kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”.
18). Ilustrasi:Menjadi Garam dan terang
Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak.
Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak
masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak
seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan
semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia
lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas
air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.
"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya ...", ujar Pak tua
itu. "Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah ke samping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu
mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat
tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah
mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan
segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang
mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.
"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah." Saat tamu itu
selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?".
"Segar", sahut tamunya. "Apakah kamu merasakan garam di dalam
air itu?", tanya Pak Tua lagi. "Tidak", jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung
si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga
itu. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam
garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan
memang akan tetap sama. "Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung
dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan
tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita.
Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu
hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah
hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu." Pak Tua itu lalu kembali
memberikan nasehat.
"Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu
adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan
jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam
setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua,
si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak
muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa. (Anonim)
19). Kasih yang tak terbatas
Seorang pemuda hanya tertunduk lesu, memandang
tiang gantungan yang menanti di hadapannya. Andaikan ia tahu akan berakhir
begini, tentu tidak akan sekarang ... sudah terlambat. Seorang petugas
mengikatnya dengan tali dan mempersiapkannya untuk digantung. Sambil menuju
tiang gantungan, terlintas di pikirannya, ibunya yang juga satu-satunya
keluarganya yang tinggal, sedang menangisinya. Kini hanya tinggal menunggu
lonceng. Ya, tinggal menunggu sedentang lonceng dan ia akan meninggalkan dunia
fana ini untuk selama-lamanya. Peraturannya saat itu, hukuman gantung
dilaksanakan setelah lonceng besar berbunyi. Ia sudah pasrah dan menunggu
ajalnya.
Saat itu pukul 11 siang hari. Ditunggunya satu
jam ... dua jam ... lonceng tidak juga berbunyi hingga pukul 2 siang.
"Akh, berarti kematianku sudah sangat dekat?" pikir si pemuda. Tapi
lonceng tidak juga berdentang hingga pukul 5 sore. Lonceng itu memang bergerak
sejak siang, namun ternyata bukan bunyi yang dikeluarkannya, melainkan tetesan
darah !!! Di tengah-tengah lonceng besar tersebut, ternyata ada seorang wanita
tua yang menjepit bola di dalam lonceng hingga tidak terdengar bunyinya. Saat
lonceng tersebut dipukul, wanita ini menjepitkan dirinya di dalam lonceng besar
itu. Wanita tua itu tak lain adalah ibu sang pemuda yang akan dihukum!!!
Akhirnya, pemuda tersebut dibebaskan dari hukumannya karena lonceng tersebut
tidak juga berbunyi, sesuai dengan peraturan yang ada. Begitu besarnya cinta
Ibu itu terhadap anaknya, hingga dia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri demi
menyelamatkan anak yang dikasihinya. Ibu itu melambangkan Tuhan kita, Yesus
Kristus yang telah rela membayar harga yang seharusnya menjadi tanggungan kita,
dengan mati di kayu salib, agar kita diselamatkan. Seharusnya, kitalah yang
sepatutnya digantung, kitalah yang sepatutnya disalib! Namun cinta Tuhan amat
besar bagi kita, Cintanya tiada batasnya bagi kita anak-anak Nya.
Yohanes 3:16. "Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal? Yohanes 4:9. "Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di
tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke
dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
Roma 8:39. "Atau kuasa-kuasa, baik yang di
atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat
memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Kasih anak sepanjang penggalah ... Kasih ibu sepanjang abad ... Kasih Tuhan
sepanjang masa. (Anonim)
20). Ilustrasi: Lima Jari Berdoa
JARI JEMPOL
Jari ini adalah yang paling dekat dengan Anda,
ketika Anda sedang melipat tangan dan berdoa. Jadi, mulailah berdoa bagi
orang-orang yang sangat akrab dan dekat dengan Anda. Sebutkan nama-nama mereka
yang Anda kenal dengan baik. Bagi CS. Lewis, mendoakan orang-orang yang kita
kasihi adalah "a sweet duty."
JARI TELUNJUK
Jari berikutnya adalah si telunjuk. Doakan bagi
mereka yang mengajar. Ini termasuk hamba-hamba Tuhan, guru, dokter, dan para
pendidik lainnya. Mereka butuh dukungan dan hikmat, agar dapat menunjukkan arah
yang tepat bagi mereka yang membutuhkan jasa mereka. Doakan mereka selalu.
JARI TENGAH
Ini jari yang paling tinggi, berarti kita harus
ingat pada para pemimpin bangsa. Doakan presiden hingga para pejabat
dibawahnya. Doakan para pemimpin organisasi sosial maupun bisnis. Mereka sering
mempengaruhi bangsa kita dan membimbing opini publik. Mereka sangat butuh
bantuan dariNya.
JARI MANIS
Jari keempat adalah jari yang paling lemah. Nah,
guru piano pun biasanya cukup kebingungan ketika berhadapan dengan si jari yang
lemah ini. Oleh sebab itu, mari kita doakan bagi saudara-saudara kita yang
lemah, kena musibah, dan lain-lain. Kita doakan bagi mereka yang dianggap
sebagai sampah masyarakat. Mereka sangat membutuhkan doa-doa Anda, baik siang
maupun malam. Tapi, bukan cuma doa, lho !
JARI KELINGKING
Jari terakhir ini adalah yang paling kecil
diantara jari- jari manusia. Inilah jari yang menggambarkan sikap kita yang
seharusnya rendah hati saat berhubungan dengan Tuhan dan sesama. Jadi, jangan
lupakan berdoa bagi diri sendiri, agar memiliki buah roh dan meneladani
kehidupan Kristus Yesus, Tuhan kita.
Saran yang terakhir, "Saat Anda berdoa bagi
keempat kelompok diatas, Anda harus menaruh kebutuhan pribadi Anda dalam
perspektif yang tepat, agar Anda bisa mendoakan diri Anda sendiri dengan lebih
efektif lagi."
21). Berada di belakang layar
Lima orang bersaudara hidup dengan tentram di
sebuah kaki gunung. Orang tua mereka yang sudah meninggal, mewariskan 1.5 ha
sawah dan ladang untuk diolah. Sawah dan ladang itu terletak agak jauh dari
rumah sehingga mereka harus berangkat bekerja di sawah pada pagi hari. Atas
kesepakatan bersama, si sulung memerintahkan kepada si bungsu untuk tinggal di
rumah selama mereka bekerja di sawah. Si bungsu menyetujui dan menyambut gembira
keputusan tersebut. Setiap kali kakak-kakaknya pulang dari bekerja, mereka
pasti sudah menemukan rumah mereka yang sudah bersih, rapi, dan terasa nyaman.
Di atas meja makan sudah tersedia makanan dan minuman untuk mereka semua,
tempat tidur rapi semuanya, dan pakaian-pakaian kotor sudah dicuci dan digosok
semuanya.
Tetapi rupanya salah seorang kakak berpikiran
jelek dan curiga terhadap si bungsu. "Si bungsu curang, dia tidak mau ikut
ke sawah dan hanya mau bermalas-malasan saja di rumah," pikir seorang
kakaknya.
Setelah berhasil mempengaruhi saudara-saudaranya
yang lain, diputuskanlah bahwa mereka semua harus berangkat ke sawah termasuk
si bungsu. Ketika kembali ke rumah mereka menemukan rumah yang berantakan,
tidak terurus, meja makan kosong. Mereka menyadari bahwa adik bungsu mereka
yang selama ini dianggap tidak berguna, kini baru terasa bahwa dia memiliki
peranan penting.
Jangan pernah meremehkan orang-orang yang
bekerja di belakang layar, yang tidak begitu menonjol pekerjaannya. Lihatlah
siapa saja di rumah anda yang kelihatannya paling "tidak berguna",
mungkin itu adalah orangtuamu yang sudah tua, kakek, nenek yang kelihatannya
hanya duduk-duduk sepanjang hari, pembantu yang pekerjaannya kelihatan tidak
terlalu berharga, petugas kebersihan di gereja, pendoa yang tidak pernah
kelihatan tampil di depan atau siapapun yang pernah anda remehkan. Belajar
untuk melihat sisi baik kehadiran mereka dan bagaimana mereka kalau tidak ada
di rumah atau di gereja anda. Tanpa sadar kita sering berkata dengan sombongnya,
"Biarkan saja dia pergi, biarkan dia keluar! Toh di rumah ini dia tidak
berguna?" atau "Untuk apa ditahan-tahan, masih banyak orang yang bisa
mengerjakan apa yang dia kerjakan."
Suatu saat kita akan merasakan bahwa kita telah
kehilangan orang-orang terbaik yang pernah ada di rumah atau di gereja kita.
Semua kita telah diperlengkapi dengan keahliaan masing-masing yang berbeda
dengan maksud agar bisa saling bekerjasama, saling melengkapi dan saling
menolong. Walaupun ada sebagian orang yang tidak terlalu menonjol dalam
keahlian tertentu tapi belajarlah untuk menghargai manfaat dari kehadiran
mereka dan kemampuan yang dipercayakan kepada mereka. Doa: Ya Tuhan aku
bersyukur untuk orang-orang yang Tuhan tempatkan di sekelilingku. Berilah aku
hati yang bisa menghargai keberadaan mereka dan tidak meremehkan meskipun
kelihatannya apa yang mereka lakukan bernilai kecil. Ajarilah aku untuk selalu
dapat bekerjasama dengan orang lain. Dalam nama Yesus aku memohon, Amin.
(Anonim)
22). Kisah Seorang Pelukis
Suatu hari seorang pelukis terkenal sedang
menyelesaikan lukisan terbaiknya dan rencananya akan dipamerkan pada saat
pernikahan Putri Diana. Ketika menyelesaikan lukisannya ia sangat senang dan
terus memandangi lukisannya yang berukuran 2×8 m. Sambil memandangi, ia
berjalan mundur dan ketika berjalan mundur ia tidak melihat ke belakang. Ia
terus berjalan mundur dan di belakangnya adalah ujung dari gedung tersebut yang
tinggi sekali dan tinggal satu langkah lagi dia bisa mengakhiri hidupnya.
Seseorang melihat pemandangan tersebut dan
bermaksud untuk berteriak memperingatkan pelukis tersebut, tapi tidak jadi
karena dia khawatir si pelukis tersebut malah bisa jatuh ketika kaget mendengar
teriakannya. Kemudian orang yang melihat pelukis tersebut mengambil kuas dan cat
yang ada di depan lukisan tersebut lalu mencoret-coret lukisan tersebut sampai
rusak. Tentu saja pelukis tersebut sangat marah dan berjalan maju hendak
memukul orang tersebut. Tetapi beberapa orang yang ada disitu menghadang dan
memperlihatkan posisi pelukis tadi yang nyaris jatuh.
Kadang-kadang kita telah melukiskan masa depan
kita dengan sangat bagus dan memimpikan suatu hari indah yang kita idamkan.
Tetapi kadangkala rencana itu tidak bisa terlaksana karena Tuhan punya maksud
lain yang lebih baik. Kadang-kadang kita marah dan jengkel terhadap TUHAN atau
juga terhadap orang lain. Tapi perlu kita ketahui TUHAN selalu menyediakan yang
terbaik. Dia melihat segala apa yang tidak kita lihat.
23). Kisah seorang tukang kayu
Seorang tukang bangunan yang sudah tua berniat
untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun.
Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan
anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya namun
bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Ia pun menyampaikan rencana tersebut
kepada mandornya.
Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan
kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang handal yang ia
miliki dalam timnya. Namun ia juga tidak bisa memaksa.
Sebagai permintaan terakhir sebelum tukang kayu
tua ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah
rumah untuk terakhir kalinya.
Dengan berat hati si tukang kayu menyanggupi
namun ia berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun maka ia akan
mengerjakannya tidak dengan segenap hati.
Sang mandor hanya tersenyum dan berkata,
“Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan
semua bahan terbaik yang ada.”
Si tukang kayu lalu memulai pekerjaan
terakhirnya. Ia begitu malas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan,
ia malas mencari, maka ia gunakan bahan-bahan berkualitas rendah. Sayang
sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.
Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk
memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata,
“Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!”
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat
menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia
akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia harus
tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan.
Inilah refleksi hidup kita!
Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini. Anggaplah
rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu paku, memasang
rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan bijaksana.
Kehidupanmu saat ini adalah akibat dari
pilihanmu di masa lalu. Masa depanmu adalalah hasil dari keputusanmu saat ini.
24). Kisah Tiga Pohon
Alkisah, ada tiga pohon di dalam hutan. Suatu
hari, ketiganya saling menceritakan mengenai harapan dan impian mereka.
Pohon pertama berkata, "Kelak aku ingin
menjadi peti harta karun. Aku akan diisi dengan emas, perak dan berbagai batu
permata dan semua orang akan mengagumi keindahannya."
Kemudian pohon kedua berkata, suatu hari kelak
aku akan menjadi kapal yang besar. Aku akan mengangkut raja-raja dan berlayar
ke ujung dunia. Aku akan menjadi kapal yang kuat dan setiap orang merasa aman
berada dekat denganku.
Akhirnya pohon ke tiga berkata, Aku ingin tumbuh
menjadi pohon yang tertinggi di hutan di puncak bukit. Orang-orang akan
memandangku dan berpikir betapa aku begitu dekat untuk menggapai surga dan
Tuhan. Aku akan menjadi pohon terbesar sepanjang masa dan orang akan
mengingatku.
Setelah beberapa tahun berdoa agar impian terkabul,
sekelompok penebang pohon datang dan menebang ketiga pohon itu. Pohon pertama
dibawa ke tukang kayu. Ia sangat senang sebab ia tahu bahwa ia akan dibuat
menjadi peti harta karun. Tetapi doanya tidak menjadi kenyataan karena tukang
kayu membuatnya menjadi kotak tempat menaruh makan ternak. Ia hanya diletakkan
di kandang dan diisi jerami.
Pohon ke dua dibawa ke galangan kapal. Ia
berpikir bahwa doanya menjadi kenyataan. Tetapi ia dipotong-potong dan dibuat
menjadi sebuah perahu nelayan kecil. Impiannya untuk menjadi kapal besar untuk
mengangkut raja-raja telah berakhir.
Pohon ketiga dipotong menjadi potongan-potongan
kayu besar dan dibiarkan teronggok dengan gelap. Tahun demi tahun berlalu, dan
ketiga pohon itu telah melupakan impiannya. Kemudian suatu hari, sepasang
suami-istri tiba kandang.
Sang istri melahirkan dan meletakkan bayinya di
atas tumpukan jerami di kotak makanan ternak yang dibuat dari pohon pertama.
Orang-orang datang menyembah bayi itu. Akhirnya pohon pertama sadar bahwa
didalamnya diletakkan harta terbesar sepanjang masa.
Bertahun-tahun kemudian, sekolompok laki-laki
naik ke atas perahu nelayan yang dibuat dari pohon ke dua. Ditengah danau,
badai besar datang DAN pohon kedua berpikir bahwa ia tidak cukup kuat untuk
melindungi orang-orang didalamnya. Tetapi salah seorang laki-laki itu berdiri
dan berkata, "DIAM!"
Tenanglah! dan badaipun berhenti. Ketika itu,
tahulah bahwa ia telah mengangkut Raja diatas segala raja.
Akhirnya, seorang datang dan mengambil pohon ke
tiga. Ia dipikul sepanjang jalan sementara orang-orang mengejek lelaki yang
memikulnya. Laki-laki ini kemudian dipakukan di kayu ini dan mati di puncak
bukit. Akhirnya pohon ketiga sadar bahwa ia demikian dekat dengan Tuhan, karena
Yesus yang disalibkan padanya.
Ketika keadaaan tidak seperti yang engkau
inginkan, ketahuilah Tuhan memiliki rencana untukmu. Ketiga pohon mendapatkan
apa yang mereka inginkan. Tetapi tidak dengan cara seperti yang mereka
bayangkan. Kita tidak selalu tahu apa rencana Tuhan bagi kita. Kita hanya tahu
bahwa jalan-NYA bukanlah jalan kita, tetapi jalan-NYA adalah yang terbaik.
25). Katak Tuli
Suatu saat ada perlombaan panjat tebing yang
diikuti oleh para katak dari segala jenisnya.
Ketika start semua penonton bersorak mendukung
mereka. Tapi di tengah pertandingan, beberapa katak menyerah karena medan
perlombaan sangat berat. Hanya ada lima katak terus berjuang mencapai garis
akhir. Saat medan bertambah sulit para penonton yang tadinya mendukung para
katak itu mulai tidak yakin akan kemampuan mereka.
Mereka berteriak agar para katak menyerah saja.
Bahkan sebagian memberitahu para katak bahwa medan yang berat itu berbahaya dan
bisa membunuh mereka. Akhirnya hanya seekor katak yang bertahan dan memenangkan
perlombaan.
Setelah diteliti mengapa banyak yang gagal,
hasilnya menyebutkan mereka mendengarkan perkataan penonton menjadi takut dan
berhenti. Dan bagaimana dengan katak yang bisa terus dan akhirnya memenangkan
pertandingan? Ternyata ia adalah seekor katak yang tuli, ia tidak mendengar
apapun yang penonton katakan. Dalam kasus ini, tuli itu anugerah.
Saat kesulitan hidup meningkat, daripada percaya
Tuhan kita seringkali mendengarkan suara negatif orang-orang di sekitar kita
dan mempercayainya. Jadi jika anda ingin mencapai tujuan hidupmu, jangan
memberi tempat kepada perkataan negatif, intimidasi dari orang lain. Yakinlah
akan tujuanmu, tempatkan perkataan Tuhan sebagai panduan, dan percayalah akan
jawaban doa-doamu!
Tutuplah kuping Anda untuk hal-hal yang negatif!
26. Mengalah
Ada dua ekor kambing gunung bertemu satu sama
lain di jalan sempit di tepi tebing terjal yang hanya cukup untuk diliwati
salah satu dari kedua binatang liar tersebut. Di sebelah kiri adalah tebing
terjal, dan di sebelah kanan danau yang dalam. Keduanya saling berpandangan.
Apa yang harus mereka lakukan? Keduanya tak dapat balik karena terlalu
berbahaya, tak dapat berputar karena jalan itu terlalu sempit.
Kemudian salah satu dari mereka membaringkan
dirinya di jalan yang kecil itu, dan mengembik memberi tanda kepada kambing
lainnya supaya berjalan diatasnya. Dan selamatlah keduanya dari kecelakaan.
Kambing-kambing itu tidak saling menanduk dan berkelahi mempertahankan jalannya
masing-masing supaya selamat.
Kata Martin Luther yang mengangkat ilustrasi
ini, manusia justru kadang-kadang tidak lebih bijak dari kedua kambing diatas,
yang mau saling “merendahkan diri” untuk "memberi jalan" ketika
"papasan" dengan yang lain!
"......Sebaliknya hendaklah dengan rendah
hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri;
dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri,
tetapi kepentingan orang lain juga" Filipi 2:3-4.
27). Hidup adalah pilihan
Ada sebuah cerita dari Yunani. Pada suatu
ketika,ada seorang pemuda mendatangi seorang bijak bernama Aristoteles. Ia
hendak menguji hikmat filsuf Yunani yang terkenal itu. Ia membawa anak
burung,menyembunyikan dibalik punggungnya dengan kedua tangannya. Ketika
berhadapan dengan Aristoteles, dia berkata; “menurut anda, apakah anak burung
ini hidup atau mati”? Anak muda ini berkikir, jika Aristoteles menjawab mati,
maka ia akan melepas burung itu tetapi jika dia menjawab hidup, maka ia akan
mencekik leher burung itu. Dengan rasa was-was si pemuda ini menunggu jawaban.
Sambil tersenyum, Aristoteles menjawab, ”Anak
muda, hidup mati burung itu ada dalam genggaman tanganmu. Jika engkau
memnghendaki hidup, maka burung itu pasti akan hidup.Tetapi jika engkau
menghendaki mati, maka burung itu akan mati”. Dengan mendengar jawaban ini, si
pemuda tersebut mengangguk kagum dan mengakui kebijaksanaan yang dimiliki oleh
Aristoteles.
Cerita ini mengandung pesan bahwa manusia hidup
diperhadapkan kepada kebebasan dalam memilih,menentukan dan memutuskan tujuan
hidupnya. Dalam segala hal kita bebas namun kebebasan itu bukan berdasarkan
ukuran-ukuran duniawi. Memilih hidup berarti mengikut Yesus. Mengikut Yesus
tentu melakukan kehendakNya: Apa yang mesti kita perbuat dan bagaimana kita
melakukannya
28). Cuek membawa malapetaka
Sepasang suami istri petani pulang kerumah
setelah berbelanja. Seekor tikus memperhatikan makanan apa lagi yang dibawa
mereka dari pasar??” Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah
Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju
kandang, mendatangi ayam dan berteriak “ada perangkap tikus”. Sang Ayam berkata
“Tuan Tikus, Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh padaku”
Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing
sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata “Aku
turut ber simpati, tapi tidak ada yg bisa aku
lakukan” Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. “Maafkan aku. Tp
perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali” Ia lalu lari ke hutan dan
bertemu Ular. Sang ular berkata “Perangkap Tikus yang kecil tidak akan
mencelakai aku” Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui
kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.
Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar
suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika
melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yg
terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah.
Walaupun sang Suami sempat membunuh ular
tersebut, sang Istri tetapi harus di bawa ke
rumah sakit. Beberapa hari kemudian istrinya
demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. Dengan segera ia
menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Tetapi sakit sang Istri tak kunjung
reda. Seorang teman menyarankan utk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih
kambing untuk mengambil hatinya. Istrinya tidak sembuh dan akhirnya
meninggal dunia.
Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman.
Sehingga sang Petani harus menyembelih
sapinya untuk memberi makan para pelayat. Dari
kejauhan sang Tikus menatap dgn penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia
melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tdk digunakan lagi.
29). 4 Hal yang tak mungkin kembali
Seorang gadis muda menunggu penerbangannya di
ruang tunggu sebuah bandara yang super sibuk. Karena harus menunggu berjam-jam,
dia memutuskan membeli sebuah buku untuk menghabiskan waktunya. Dia juga
membeli sebungkus kue. Dia duduk di kursi bersandaran tangan, di ruang VIP
bandara, untuk istirahat dan membaca dengan tenang.
Di sisi sandaran tangan di mana kue terletak,
seorang laki-laki duduk di kursi sebelah, membuka majalah dan mulai membaca
Ketika ia mengambil kue pertama, laki-laki itu
juga turut mengambil. Si gadis merasa gemas tapi tidak berkata apa-apa. Dia
hanya berpikir: “Lancang benar! Bila saya nggak sabaran sudah kugebuk dia untuk
kenekatannya!” Untuk setiap kue yang dia ambil, laki-laki itu turut mengambil
satu.
Ini sangatlah membuatnya marah namun si gadis
tak ingin sampai timbul kegaduhan di ruang itu,
Ketika tinggal satu kue yang tersisa si gadis
mulai berpikir: “Aha…bakal ngapain sekarang orang yang nggak sopan ini?” Lalu,
laki-laki itu mengambil kue yang tersisa, membaginya dua, lalu memberikan yang
separuh padanya. Benar-benar keterlaluan! Si gadis benar-benar marah besar sekarang!
Dalam kemarahannya, dia mengakhiri bukunya,
dikemasnya barangnya lalu bergegas ke tempat boarding. Ketika sudah duduk di
seat-nya, di dalam pesawat, dia merogoh tasnya untuk mengambil kacamata, dan
dia sontak terkejut, sebungkus kuenya masih ada di dalam tas, tak tersentuh,
tak terbuka!
Dia merasa sangat malu!! Dia sadar telah keliru.
Dia lupa kalau kuenya masih tersimpan di dalam tas. Laki-laki tadi telah
berbagi kue dengannya, tanpa merasa marah atau sengit ketika si gadis amat
marah, berpikir bahwa ia telah berbagi kue dengan laki-laki itu. Dan kini tidak
ada lagi kesempatan untuk menerangkan kelalaiannya dan juga untuk meminta maaf.
Aplikasi dari kisah ini sda 4 hal yang tak dapat
kembali
Batu setelah ia dilontarkan!!
Kata setelah ia diucapkan!
Kesempatan setelah ia hilang!
Waktu setelah ia berlalu!
30. Bapa yang Baik
Ada seorang bapa yang begitu sayang kepada
anaknya karena anaknya cacat. Cacatnya tidak tanggung-tanggung. Tangannya tidak
bisa bergerak, tidak bisa berjalan, dan tidak bisa berbicara. Anak ini kalau
mau berkomunikasi dengan bapanya harus memakai bahasa isyarat. Cacat seumur
hidupnya. Suatu hari anak ini dengan bahasa isyarat mengatakan, “ pa saya punya
cita-cita ikut lomba triatlon ”. Itu adalah tri lomba dimana para pesertanya
harus berenang, naik sepeda dan lari.
Bayangkan, sudah cacat seperti itu tapi masih
mau ikut tri lomba. Di dalam hatinya ada semangat di mana dia ingin menjalani
hidup ini untuk mencapai hal-hal yang besar. Anak ini tidak bisa, tapi dia
minta papanya untuk ikut perlombaan itu, pertandingan yang berkelas
internasional itu.
Panitianya bingung bagaimana membiarkan mereka
untuk ikut berlomba, tapi akhirnya mereka diijinkan. Papanya membuat sebuah
perahu. Anaknya yang cacat di tidurkan di perahu. Papanya menarik perahu itu
dengan tali, dia berenang bermil-mil jauhnya. Dia berenang demi anaknya.
Setelah itu dia gendong anaknya, dia taruh di atas kereta dorongnya. Anaknya
ditaruh, dia yang kayuh bermil-mil jauhnya. Setelah itu dia gendong lagi
anaknya, meletakkannya di kursi roda dan dia lari.
Dalam perlombaan itu semua orang sudah mencapai
garis finish. Tapi penonton tidak ada yang mau pulang. Karena mereka mau
menunggu anak dan bapa yang luar biasa ini. Delapan jam kemudian mereka melihat
dari jauh, ada seorang bapa, bergumul, ngos-ngosan tapi dia terus lari. Dia
dorong anaknya dan sampai di garis finish. Anak ini bertepuk tangan dengan
gembira walaupun tangannya tidak sempurna. Bapa ini menangis, semua orang
menangis. Itulah gambaran Bapa kita di Surga. Itulah hati seorang Bapa.
Kita adalah seperti orang cacat ini. Kita adalah
seperti orang cacat yang ketika dulu belum percaya Yesus, tidak ada seorangpun
yang mem-bapa-i. sehingga hidup kita hancur. Kita tidak mampu berbuat apa-apa.
Tetapi Bapa yang di Surga menemukan kita. Dan Dialah Bapa yang baik, yang mau
membawa kita mencapai garis finish.
31). BEJANA PILIHAN
Seorang Tuan sedang mencari sebuah bejana.
Sambil berjalan sang Tuan melihat dan menilai bejana-bejana tersebut. Bejana
Emas berkata: "Pilihlah aku," teriak bejana emas,"Aku mengkilap
dan bercahaya. Aku sangat berharga dan aku melakukan segala sesuatu dengan
benar. Keindahanku akan mengalahkan yang lain. Dan untuk orang seperti Tuanku,
emas adalah yang terbaik!" Tuan itu hanya lewat saja tanpa mengeluarkan
sepatah kata.
Kemudian ia melihat suatu bejana perak, ramping
dan tinggi. Bejana Perak, Ramping dan Tinggi berkata: "Aku akan melayani
engkau Tuanku, aku akan menuangkan anggurmu dan aku akan berada di mejamu di
setiap acara jamuan makan. Garisku sangat indah, ukiranku sangat nyata. Dan
perakku akan selalu memujimu." Tuan itu hanya lewat saja dan menemukan
sebuah bejana kaca.’ Bejana ini lebar mulutnya dan dipoles seperti kaca.
"Bejana Kaca berkata; "Sini! Sini!" teriak bejana itu, "aku
tahu aku akan terpilih. Taruhlah aku dimejamu, maka semua orang akan memandangku."
Namun tuan itu hanya melewatinya dan melihat bejana kristal.
Bejana Kristal berkata: "Lihatlah
aku!", panggil bejana kristal yang sangat jernih. Aku sangat transparan,
menunjukkan betapa baiknya aku. Meskipun aku mudah pecah, aku akan melayani
engkau dengan kebanggaanku. Dan aku yakin, aku akan bahagia dan senang tinggal
dalam rumahmu." Tuan itu kemudian menemukan bejana kayu. Dipoles dan
terukir indah, berdiri dengan teguh. Bejana Kayu berkata: "Engkau dapat
memakai aku, tuanku, kata bejana kayu. Tapi aku lebih senang bila engkau
memakaiku untuk buah-buahan, bukan untuk roti."
Kemudian tuan itu melihat ke bawah dan melihat
bejana tanah liat. Kosong dan hancur, terbaring begitu saja. Tidak ada harapan
untuk terpilih sebagai bejana tuan itu. Bejana Tanah Liat hanya diam. Tuan
berkata: Ah! Inilah bejana yang aku cari-cari. Aku akan perbaiki dan kupakai,
dan akan aku buat sebagai milikku seutuhnya. Aku tidak membutuhkan bejana yang
mempunyai kebanggaan. Tidak juga bejana yang terlalu tinggi untuk ditaruh di
rak. Tidak juga yang mempunyai mulut lebar dan dalam. Tidak juga yang
memamerkan isinya dengan sombong.Tidak juga yang merasa dirinya selalu benar.
Tetapi yang kucari adalah bejana yang sederhana yang akan kupenuhi dengan kuasa
dan kehendakku. Kemudian ia mengangkat bejana tanah liat itu. Ia memperbaiki
dan membersihkannya dan memenuhinya, ia berbicara dengan lembut kepadanya,
"Ada tugas yang perlu engkau kerjakan, jadilah berkat buat orang lain,
seperti apa yang telah kuperbuat bagimu."
Demikianlah halnya dengan Tuhan. Ia mencari
orang-orang yang rendah hati dan mau berjalan menurut kehendak dan kemauan
Tuhan. Dan tentunya orang yang mau dibentuk, sekalipun harus melalui hal-hal
menyakitkan.
32). Adonan Kue Kehidupan
Dua orang anak laki-laki menceritakan kepada
neneknya betapa buruknya hari mereka : ada orang yang mengganggu mereka di
sekolah, orangtua mereka memarahi mereka, dan mereka terkena flu.
Sang nenek mendengarkan keluh kesah kedua
cucunya itu dengan sabar sambil membuat adonan kue. Kemudian nenek itu bertanya
apakah kedua anak itu mau makanan ringan, tentu saja keduanya mau.
“Ini, ada sebotol minyak goreng,” ujar sang
nenek.
“Menjijikkan..” ungkap salah satu anak laki-laki
itu.
“Bagaimana jika dua butir telur ini?”
“Tidak enak, nek,” sahut yang satunya.
“Baiklah, bagaimana jika tepung ini saja? Atau
mau baking soda saja?”
”Nenek, semua itu tidak enak!” kata mereka
bersamaan.
Akhirnya sang nenek pun menjelaskan:
“Ya, semua itu terasa tidak enak jika kamu makan
sendiri-sendiri. Tetapi kalau kamu menggabungkan semuanya dan mengaduknya
hingga merata, semua itu bisa berubah menjadi sebuah kue yang lezat.
Tuhan bekerja dengan cara yang sama. Seringkali
kita bertanya mengapa Tuhan mengijinkan kita mengalami hal-hal buruk berulang
kali. Tetapi Tuhan tahu bahwa jika Dia menyatukan semua hal-hal buruk itu
sesuai dengan kehendak-Nya, maka hal itu akan mendatangkan kebaikan! Kita hanya
perlu percaya kepada-Nya dan akhirnya segala sesuatunya akan menjadi indah.”
Jika Anda mengalami hal buruk hari ini, ingatlah
nasihat nenek di atas, bahwa jika Anda mengijinkan Allah bekerja dalam hidup
Anda, pada akhirnya semua itu akan mendatangkan kebaikan, bukan bagi Anda saja
namun juga bagi orang-orang di sekeliling Anda.
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma
8:28)
Obat stress adalah hati yang gembira..
Obat kecewa adalah memandang Tuhan..
Obat sakit hati adalah mengampuni &
melupakan.
33). Perahu Mainan
Seorang bocah laki-laki membuat sebuah perahu
mainan. Dengan penuh kegembiraan dia membawanya ke danau yang tenang. Tetapi
karena terbawa air, perahu itu menjauh darinya sehingga tidak terjangkau oleh
tangannya yang pendek. Dalam keputus-asaannya, dia minta tolong kepada seorang
anak laki-laki yang lebih besar.
Begitu terkejutnya dia ketika anak itu mengambil
beberapa kerikil dan mulai melempari perahunya dengan batu itu. "Hei,
jangan lempari perahuku...", seru bocah itu, karena mengira anak itu tidak
bermaksud menolongnya, tapi justru mau merusak perahu mainannya.
"Coba lihat dulu. Perhatikan apa yang
terjadi", kata anak itu. Ketika bocah itu memperhatikan dengan seksama,
ternyata batu itu tidak mengenai perahunya, tetapi MELAMPAUINYA. Setiap kali
batu itu memukul air, timbul ombak kecil yang mendorong perahu itu ke tepi
danau. Setiap lemparan batu sudah DIRENCANAKAN dan pada akhirnya perahu kecil
itu berada dalam jangkauannya. Betapa gembiranya bocah itu karena mainan kebanggaannya
telah kembali.
Pesan bagi kita: Kadang hal-hal dalam kehidupan
anda tidak bisa dimengerti. Anda merasa dihajar dan disiksa, tapi cobalah
MENUNGGU sejenak, maka anda akan melihat bahwa setiap pencobaan atau hajaran
itu seperti batu yang dilemparkan ke telaga kehidupan anda yang tenang.
Mazmur 119:144
"Peringatan-peringatan-Mu adil untuk
selama-lamanya, buatlah aku mengerti, supaya aku hidup."
34). Jangan Terburu - buru Menilai Seseorang
Seorang dokter tampak bergegas masuk ke dalam
ruang operasi.
Ayah dari si anak yang akan dioperasi datang
menghampirinya :
"Dokter, mengapa sih Anda ini lama sekali
sampai ke sini? Apa anda tidak tau, nyawa anak saya terancam jika tidak segera
di operasi... Terlalu!!!" Labrak si ayah.
Dokter itu tersenyum..
"Maaf, saya sedang tdk di RS tadi, tapi
secepatnya ke sini setelah ditelepon pihak RS."
Kemudian ia menuju ruang operasi. Setelah
beberapa jam disana, ia keluar dg senyuman di wajahnya:
"Syukur.. keadaan anak anda kini
stabil."
Tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter tsb
berkata :
"Suster akan membantu anda jika ada yg
ingin anda tanyakan."
Lalu Dokter tsb bergegas berlalu.
Si ayah tadi langsung komplain dengan suster:
"Kenapa sih dokter itu angkuh sekali? Dia
kan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya?! Apa langkah
selanjutnya yg harus saya lakukan & banyak hal yg lain.. Ahhh, sombong
sekali dokter itu !!"
Sambil meneteskan air matanya suster menjawab :
"Pak.. Anak dokter tersebut meninggal dalam
kecelakaan kemarin sore. Ia sedang menguburkan anaknya saat kami meneleponnya
untuk melakukan operasi pd anak Anda. Sekarang anak anda telah selamat, kini ia
bisa kembali berkabung.."
35). Jangan terburu-buru menilai orang
Tapi berusahalah utk memaklumi tiap jiwa
disekeliling kita yg menyimpan cerita kehidupan yg tak terbayangkan di benak
kita...
Setiap orang mempunyai persoalannya masing2..
Kita tidak pernah tahu bahwa:
Αda air mata dibalik setiap senyuman..
Αda kasih sayang dibalik setiap amarah..
Αda pengorbanan dibalik setiap ketidak
pedulian..
Αda harapan dibalik setiap kesakitan..
Semoga kita menjadi manusia dengan rasa maklum
yang semakin luas dan bersyukur dengan apa yg telah TUHAN berikan dalam hidup
ini. INGAT, kita bukan satu2nya manusia dgn segudang masalah.
36). Harapan Selalu Ada
Suatu hari seorang ayah menyuruh anak-anaknya ke
hutan melihat sebuah pohon pir di waktu yang berbeda.
Anak pertama disuruhnya pergi pada musim DINGIN,
anak ke 2 pada musim SEMI,
anak ke 3 pada musim PANAS,
dan yang ke 4 pada musim GUGUR.
Anak 1: pohon pir itu tampak sangat jelek dan
batangnya bengkok.
Anak 2: pohon itu dipenuhi kuncup-kuncup hijau
yang menjanjikan.
Anak 3: pohon itu dipenuhi dengan bunga-bunga yg
menebarkan bau yang harum.
Anak 4: ia tidak setuju dengan saudaranya, ia
berkata bhw pohon itu penuh dengan buah yang matang dan ranum.
Kemudian sang ayah berkata bahwa kalian semua
benar, hanya saja kalian melihat di waktu yang berbeda.
Ayahnya berpesan: “Mulai sekarang jangan pernah
menilai kehidupan hanya berdasarkan satu masa yang sulit.”
Ketika kamu sedang mengalami masa-masa sulit,
segalanya terlihat tidak menjanjikan, banyak kegagalan dan kekecewaan, jangan
cepat menyalahkan diri dan orang lain bahkan berkata bahwa kamu tidak mampu,
bodoh dan bernasib sial…
Ingatlah, kamu berharga di mata TUHAN, tdk ada
istilah “nasib sial” bagi orang percaya!
Kerjakan yang menjadi bagianmu dan percayalah
TUHAN akan mengerjakan bagian-Nya…
Jika kamu tidak bersabar ketika berada di musim
dingin, maka kamu akan kehilangan musim semi dan musim panas yang menjanjikan
harapan, dan kamu tidak akan menuai hasil di musim gugur.
“Kegelapan malam tidak seterusnya bertahan, esok
akan datang fajar yang mengusir kegelapan.”.
Bersama Tuhan selalu ada pengharapan yang baru.
37). Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil.
Meskipun ia miskin, semua orang cemburu
kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan
hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah di lihat begitu kemegahannya,
keagungannya dan kekuatannya.
Orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda
jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak, "Kuda ini bukan kuda bagi
saya," ia akan mengatakan. "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana
kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita
dapat menjual seorang sahabat." Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi
ia tetap tidak menjual kuda itu.
Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada
di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. "Orang tua bodoh,"
mereka mengejek dia, "sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri
kudamu. Kami sudah peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin.
Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga? Sebaiknya
anda sudah menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun
akan di bayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh
kemalangan."
Orang tua itu menjawab, "Jangan bicara
terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja
yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak,
bagaimana Anda dapat ketahui itu? Bagaimana Anda dapat menghakimi?"
Orang protes, "Jangan menggambarkan kita
sebagai orang bodoh! Mungkin kita bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat
tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan."
Orang tua itu berbicara lagi, "Yang saya
tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya
tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang
dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi
nanti?"
Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang
itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan
menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang
tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya
keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan,
tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia
betul-betul tolol.
Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia
tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa
sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul di
sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan, "Orang tua, kamu benar
dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami."
Jawab orang itu, "Sekali lagi kalian
bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa
selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu
bahwa ini adalah berkat? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian
sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai? Kalian hanya
membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku?
Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat
mengerti seluruh ungkapan? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh
hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata. Yang anda tahu hanyalah
sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah
puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak
tahu."
"Barangkali orang tua itu benar,"
mereka berkata satu kepada yang lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata.
Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua
belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu
dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.
Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki.
Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia
terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa
berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai.
"Kamu benar," kata mereka, "Kamu
sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah
kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia
tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu. Sekarang kamu lebih miskin
lagi."
Orand tua itu berbicara lagi, "Ya, kalian
kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan
saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan? Tidak ada
yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang
sepotong-sepotong."
Maka terjadilah 2 minggu kemudian negeri itu
berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi
tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia sedang terluka. Sekali
lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena
anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan
mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh.
Mereka mungkin tidak akan melihat anak-anak mereka kembali.
"Kamu benar, orang tua," mereka
menangis, "Tuhan tahu kamu benar. Ini membuktikannya. Kecelakaan anakmu
merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu.
Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya".
Orang tua itu berbicara lagi, "Tidak
mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak
ada yang tahu. Katakan hanya ini: anak-anak kalian harus pergi berperang, dan
anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada
yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu."
Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong
dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya
merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik
kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan
sampai kita ketahui seluruh cerita.
Saya tidak tahu dari mana si tukang kayu belajar
menjaga kesabarannya. Mungkin dari tukang kayu lain di Galelia. Sebab tukang
kayu itulah yang paling baik mengungkapkannya:
"Janganlah kamu kuatir akan hari esok,
karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri."
Ia adalah yang paling tahu. Ia menulis cerita
kita. Dan Ia sudah menulis bab yang terakhir. (In The Eye of The Storm - Max
Lucado).
38) Kopi Vs Cangkir
Dalam sebuah acara reuni, beberapa alumni
menjumpai guru sekolah mereka dulu. Melihat para alumni tersebut ramai-ramai
membicarakan kesuksesan mereka, guru tersebut segera ke dapur dan mengambil
seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yang berbeda-beda. Mulai dari
cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik. Guru tersebut
menyuruh para alumni untuk mengambil cangkir dan mengisinya dengan kopi.
Setelah masing-masing alumni sudah mengisi
cangkirnya dengan kopi, guru berkata, "Perhatikanlah bahwa kalian semua
memilih cangkir yang bagus dan kini yang tersisa hanyalah cangkir yang murah
dan tidak menarikMemilih hal yang terbaik adalah wajar dan manusiawi. Namun
persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan
kalian mulai terganggu. Kalian secara otomatis melihat cangkir yang dipegang
orang lain dan mulai membandingkannya. Pikiran kalian terfokus pada cangkir,
padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya." Hidup
kita seperti kopi dalam analogi tersebut di atas, sedangkan cangkirnya adalah
pekerjaan, jabatan, dan harta benda yang kita miliki.
Pesan moralnya, jangan pernah membiarkan cangkir
mempengaruhi kopi yang kita nikmati. Cangkir bukanlah yang utama, kualitas kopi
itulah yang terpenting. Jangan berpikir bahwa kekayaan yang melimpah, karier
yang bagus dan pekerjaan yang mapan merupakan jaminan kebahagian. Itu konsep
yang sangat keliru. Kualitas hidup kita ditentukan oleh "Apa yang ada di
dalam" bukan "Apa yang kelihatan dari luar".
Apa gunanya kita memiliki segalanya, namun kita
tidak pernah merasakan damai, sukacita, dan kebahagian di dalam kehidupan kita?
Itu sangat menyedihkan, karena itu sama seperti kita menikmati kopi basi yang
disajikan di sebuah cangkir kristal yang mewah dan mahal. Kunci menikmati kopi
bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya.
Selamat menikmati secangkir kopi kehidupan...